YOGYAKARTA – Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) merupakan salah satu satwa yang dilindungi. Namun, keberadaan populasi dan penyebarannya semakin terancam punah akibat kerusakan habitat hutan dan kelangkaan pakan, apalagi satwa ini masih menjadi ajang perburuan, baik untuk keperluan komersial maupun untuk dikonsumsi dagingnya. Salah satu cara untuk menjaga kelestariannya adalah melalui jaminan konservasi habitat.
Demikian yang mengemuka dalam ujian terbuka untuk meraih gelar doktor oleh Novianto Bambang Wawandono, di Program Pascasarjana Fakultas Kehutanan (FKT) UGM, Kamis (30/12). Novianto yang kini menjabat Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kementerian Kehutanan RI, menuturkan keberadaan lutung jawa di Indonesia tersebar di beberapa tempat, yakni Jawa, Kalimantan, NTB, dan Sumatera. “Penyebarannya kini sudah mulai menyempit,” kata Novianto yang berhasil lulus ujian doktor dengan predikat cumlaude.
Di Jawa, keberadaan satwa ini berada di sekitar kawasan hutan tertentu, yakni hutan konservasi yang dikelola oleh Perhutani. Meski berada di areal hutan konservasi, keberadaan lutung ini tetap saja terancam dengan seringnya mendapat gangguan dari manusia. “Sering diburu, dicuri, dikonsumsi sehingga populasinya makin berkurang,” katanya.
Terlepas dari gangguan dari faktor alam dan manusia, hasil penelitian Novianto menunjukkan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ternyata memberikan daya dukung habitat lutung jawa untuk tumbuh dan berkembang hingga 25 tahun lagi. “Saat ini, ditemukan 55 ekor lutung jawa di taman nasional ini. Bila dioptimumkan, bisa menjadi 317 ekor dalam kurun waktu 25 tahun dengan kondisi habitat seperti saat ini,” ujarnya.
Memang diakui bahwa daya dukung kawasan Coban Trisula yang berada di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, masih sangat tinggi. Hal tersebut menunjukkan kesejahteraan lutung jawa di kawasan hutan konservasi cukup baik. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi daya dukung optimum kesejahteraan lutung jawa adalah perilaku berlari/loncat ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan berjalan, makan, istirahat, dan bermain. Sementara itu, faktor kesejahteraan dasar waktu, lebih tinggi kontribusinya dibandingkan dengan ruang gerak dan energi. “Daya dukung Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini masih relatif bagus meski masih di bawah ambang maksimum. Tiap tahun pertumbuhan lutung sekitar 2-3 ekor,” katanya.
Namun demikian, karena lutung jawa sebagai salah satu spesies yang perlu dilindungi dari kepunahan, upaya menjaga stabilitas kawasan konservasi dari ancaman gangguan manusia perlu dilakukan karena selama ini di kawasan tersebut masih saja terjadi pengambilan kayu dan pakan ternak oleh masyarakat setempat. (Humas UGM/Gusti Grehenson)