YOGYAKARTA – Sebanyak 102 karya lukisan dipamerkan dalam pameran amal seni rupa di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH), 29 Desember 2010-3 Januari 2011. Beberapa lukisan merupakan hasil karya para pelukis terkenal, seperti Djoko Pekik, Kartika Affandi, Heri Dono, Edie Hara, Nasirun, Putu Sutawijaya, dan Jumaldi Alfi.
Tidak hanya para pelukis kenamaan, peserta pameran juga berasal dari civitas akademika UGM, sebut saja Dr. Ir. Laretna Trisnantari Adishakti, M.Arch., dr. Ida Safitri Laksono, dan Endira Sofian Effendi. Walau bukan perupa, karya mereka tak dapat disepelekan. Hal ini menunjukkan bakat seni bukan monopoli seniman semata.
Membantu Korban Merapi
Pameran amal seni rupa ini digagas dengan maksud sebagai sebuah charity untuk membantu korban erupsi Merapi. Setiap pelukis menyumbangkan minimal 50 persen dari hasil penjualan karyanya untuk para korban.
Pameran berlangsung di gedung dua lantai sayap barat kompleks PKKH UGM. Gedung yang sebelumnya sempat digunakan untuk para pengungsi Merapi ini disulap menjadi ruang galeri pameran. Lukisan dipajang memenuhi seluruh dinding ruangan.
Pelukis Yuswantoro Adi berupaya keras mendesain dan mendekor ruang gedung agar tampak layak sebagai sebuah galeri meskipun diakuinya bahwa gedung ini sebenarnya tidak layak untuk galeri masa kini gedung PKKH adalah model gedung tahun 1970-an.
Sebagai pameran amal untuk para korban Merapi, tidak heran bahwa beberapa karya lukisan mewakili kondisi DIY, mulai dari keistimewaan DIY hingga Merapi. Di ruang lantai dua, misalnya, setelah melewati tangga, akan terlihat karya Heri Dono yang menampilkan Sri Sultan Hamengkubuwono IX lengkap dengan pakaian raja tengah menaiki sebuah ‘bola’ terbang dengan dua sayap kecilnya. Ia menuliskan judul karyanya ‘DIY’. Lain halnya dengan Kartika Affandi, Laretna Adhisakti, dan Widarto yang membuat goresan di atas kanvas dengan judul ‘Merapi’.
Berbeda dengan Udin Kuru, karya ‘Pesan untuk Masa Depan’ menampilkan sosok Soekarno, Agus Salim, dan Hatta yang sedang bersama-sama menggunakan ponsel kamera untuk memotret objek yang dilihat. Uniknya, bagi pengunjung yang tengah memandang lukisan ini akan merasa seolah-olah sedang dipotret oleh para tokoh nasional tersebut. (Humas UGM/Gusti Grehenson)