SLEMAN-UGM bersama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan para mitra telah membangun tempat hunian sementara (huntara) bagi para korban erupsi Gunung Merapi. Lokasi pembangunan huntara berada di Dusun Kuwang, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Peletakan batu pertama pembangunan huntara telah dilakukan hari ini, Jumat (31/12), oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., dan Ketua Baznas, dr. Naharus Surur, M.Kes.
Menurut ketua panitia pembangunan huntara, Slamet Widiyanto, S.Si, M.Si,. pembangunan 50 huntara ini merupakan rangkaian kegiatan tanggap bencana UGM terhadap korban erupsi Merapi. Nantinya, selain dibangun huntara di lokasi tersebut akan dilengkapi dengan balai pelatihan, TK, hingga sarana umum lain, seperti pasar. “Intinya, kegiatan dan sarana yang bisa kembali membangkitkan masyarakat korban Merapi baik dari sisi ekonomi, pendidikan, kesehatan hingga sosialnya,†kata Slamet.
Camat Cangkringan, Samsul Bakri, beterima kasih atas pembangunan huntara bagi korban erupsi Merapi, khususnya bagi warga Bakalan yang rumahnya hancur. Mereka telah menempati lokasi huntara sejak hari Senin lalu. Selain hunian sementara, imbuh Samsul, pihaknya juga berharap UGM dapat membantu mencarikan solusi mengenai mata pencaharian warga yang hilang, misalnya bertani, beternak, dan menambang pasir. “Semoga dengan adanya hunian sementara ini bisa memancing kebangkitan korban erupsi Merapi di segala bidang,†harapnya.
Samsul mengatakan selain 50 huntara di Kuwang, saat ini juga telah dibangun 100 huntara di Plosokerep, Umbulharjo, Cangkringan. Jumlah ini masih sedikit karena korban erupsi Merapi di Cangkringan yang kehilangan tempat tinggal mencapai lebih dari dua ribu orang.
Di tempat yang sama, Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., berharap kejadian erupsi Merapi dapat diambil hikmahnya. Tidak lupa, Rektor juga berpesan jika ada putra-putri warga korban erupsi Merapi yang berhasil masuk kuliah di UGM dan berprestasi, nantinya dapat mengajukan beasiswa kepada pihak universitas. “Silakan saja jika ada putra-putri Bapak dan Ibu yang berhasil masuk UGM, nanti bisa mengajukan beasiswa kepada pihak universitas,†ujar Sudjarwadi.
Ketua Baznas, dr. Naharus Surur, M.Kes. menambahkan di samping membangun hunian sementara, pihaknya juga memberikan bantuan sembako dan beberapa persembahan kesenian untuk menghibur warga yang menempati lokasi hunian sementara tadi. Dengan menggandeng LPPM UGM, Baznas berharap dibangunnya huntara dapat menjadi pemicu kebangkitan masyarakat, khususnya di Kecamatan Cangkringan. “Tentu kami berharap dalam waktu misalnya satu tahun, warga bisa membangun tempat hunian yang lebih baik dan representatif dibanding huntara ini,†kata Naharus.
Terkait dengan pembangunan huntara ini, masyarakat korban erupsi Merapi yang berasal dari Dusun Bakalan yang menempati lokasi mengaku berbahagia. Untuk sementara waktu, mereka dapat beraktivitas bersama dengan keluarga di huntara. Hanya saja, menurut mereka, kondisi huntara masih perlu diperbaiki karena ketika hujan deras, air hujan masuk ke dalam rumah. “Air masih bisa masuk ke dalam rumah ketika hujan deras, Mas,†ujar Tuti, salah satu warga Bakalan yang menempati areal huntara bersama dengan suami, tiga anak, dan dua cucunya.
Warga lain, Yono dan Subarjo Umisih, juga berharap ada perbaikan dan penambahan beberapa aksesori huntara, seperti karpet talang atap rumah untuk menutup seng di atasnya. “Agar tidak bocor memang perlu ditambah karpet untuk menutup atap rumah yang terbuat dari seng,†ujar Yono.
Dalam acara peletakan batu pertama hunian sementara ini, warga korban erupsi Merapi terutama dari Dusun Bakalan mendapatkan hiburan musik dari Kandang Jurang Doank pimpinan Dick Doang. (Humas UGM/Satria AN)