Berbagai bencana di Indonesia pada dekade terakhir, seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan letusan gunung berapi, menuntut kemampuan aparatur pemerintahan, masyarakat, dan pihak-pihak lain untuk menguasai secara profesional manajemen darurat bencana. Akibat penguasaan manajemen yang kurang profesional, penanganan bencana di Indonesia hingga saat ini terkesan amburadul.
Demikian disampaikan Prof. Dr. Sudibyakto di hadapan 35 peserta Pelatihan Manajemen Darurat Bencana. Pelatihan diselenggarakan oleh Pusat Studi Bencana Alama (PSBA) UGM bersama dengan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan DP2M Dikti, Kemendiknas, dalam proyek penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) Darurat Bencana di Indonesia.
Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari, 10-12 Januari 2011, di Sekolah Pascasarjana UGM ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme aparat pemerintah daerah dan para pelaku manajemen bencana, terutama yang terkait dengan penanganan keadaan darurat bencana alam di Indonesia. “Di samping itu, pelatihan ini dalam rangka mempersiapkan pendirian program magister manajemen darurat bencana, sebagaimana digagas Sekolah Pascasarjana UGM,” ujar Sudibyakto, Rabu (12/1), di Sekolah Pascasarjana UGM.
Kegiatan ini mendapat sponsor International Criminal Investigative Training Assistance Program (ICITAP), United States Department of Justice, dengan instruktur John A. Montanio. Dengan bekal pengetahuan ini, penanganan keadaan darurat bencana di berbagai daerah rawan bencana ke depan dapat dilakukan dengan lebih baik. “Seusai pelatihan, para peserta tentu akan jauh lebih baik dalam memahami tentang prinsip-prinsip ICS (Incident Command System), tentang peraturan perundang-undangan yang berlaku, pembentukan struktur organisasi tanggap darurat bencana, pengorganisasian sumber daya, dan staf. Mereka juga diharapkan mampu dalam perencanaan kontingensi darurat bencana dan pelatihan komando terpadu,” tutur Sudibyakto. (Humas UGM/ Agung)