YOGYAKARTA – Stroke merupakan satu kegawatdaruratan neurologik. Dari tahun ke tahun, morbiditasnya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya satus ekonomi masyarakat dan adanya transisi epidemiologik dan demografik. Dari data epidemiologi di Indonesia diketahui bahwa beberapa rumah sakit di Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia kurang lebih 50% dari seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit saraf adalah pasien stroke dan kurang lebih 5 persennya meninggal karena stroke.
Angka morbiditas berdasarkan jenis patologis stroke di RSUP Dr. Sardjito dilaporkan 70% adalah stroke iskemik akut dan 30% stroke perdarahan. “Di RSUP Dr. Sardjito, jumlah kematian pada stroke iskemik sebesar 9,3% dan stroke perdarahan 14,4 %,” kata Kepala Unit Stroke RSUP Dr. Sardjito, dr. Ismail Setyopranoto, Sp.S(K), dalam Seminar dan Simposium Clinical Updates 2011 di Auditorium Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Sabtu (15/1).
Staf Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK UGM ini menambahkan stroke dengan serangan yang akut dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, juga merupakan penyebab utama kecacatan fisik dan mental pada usia produktif dan usia lanjut. “Potensi terjadinya stroke disebabkan oleh faktor risiko hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan hiperkolesterol yang sudah diderita pasien,” kata Setyo.
Untuk menghindari serangan stroke, pengenalan tanda gejala stroke secara dini dan upaya rujukan ke rumah sakit harus segera dilakukan. Menurutnya, keberhasilan terapi stroke sangat ditentukan oleh kecepatan tindakan pada stadium akut, yang artinya makin lama upaya rujukan ke rumah sakit atau makin lama waktu antara saat serangan dengan waktu pemberian terapi berarti semakin buruk prognosisnya. “Perawatan terhadap pasien stroke perdarahan harus dilakukan di ICU jika didapatkan volume perdarahan lebih dari 30 cc, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus atau keadaan pasien secara klinis cenderung memburuk,” jelasnya.
Ia menambahkan manajemen stroke akut secara komprehensif yang dilakukan di rumah sakit adalah untuk meminimalkan jumlah sel yang mengalami kerusakan melalui perbaikan jaringan panumbra dan pencegahan terjadinya pendarahan lebih lanjut pada pendarahan intraserebral.
Ismail Setyopranoto merupakan salah satu dari 17 pemateri dalam kegiatan seminar dan simposium tersebut Panitia acara, dr. Dite Bayu Nugraha, mengatakan seminar yang dilaksanakan selama dua hari ini membahas berbagai macam penyakit berdasarkan suatu gejala yang muncul, meliputi penyakit infeksi, psikiatri, life threatening problems, penyakit kronis, new emerging issues, serta pengarahan mengenai terobosan dalam diagnosis kanker dan penggunaan obat yang rasional. “Tema ini dipilih dengan harapan peserta yang mayoritas dokter umum dapat mengambil banyak manfaat karena para dokter umum adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)