Yogya, KU
Menandai satu abad kebangkitan nasional, Komite Perdamaian Dunia Indonesia dan Forum Indonesia Bersatu bersama Pemkot Yogyakarta memasang sebuah gong perdamaian di kompleks Taman Pintar Yogyakarta, Selasa sore (20/5).
Gong berukuran diamter dua meter tersebut dibuat oleh Edi Damardji, khusus diperuntkan untuk memperingati satu abad kebangkitan nasional. Pemasangan gong ditandai dengan penandatangan prasasti oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, disaksikan Walikota Herry Zudianto, Presiden Komite Perdamaian Dunia, Djuyoto Suntani, dan ketua Forum Indonesia Bersatu, Bambang herry.
Gong yang berwarna kuning keemasan ini, di bagian lingkaran paling luarnya bergambar simbol dari 444 kabupaten/kota di Indonesia, lingkaran selanjutnya bergambar simbol 33 provinsi dari seluruh Indonesia, lalu lingkaran dalam selanjutnya bergambar simbol lima agama dan lingkaran paling tengah bergambar peta negara kesatuan Republik Indonesia.
Gong perdamaian ditempatkan diantara prasasti tapak kaki dan tangan enam tokoh mantan Presiden dan Presiden Indonesia yakni Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, serta Susilo Bambang Yudhoyono.
Sri Sultan Hemengkubuwono X dalam sambutannya mengatakan, bangsa Indonesia bisa seperti kerajaan Sriwijaya atau Majapahit yang hanya berumur 60 hingga 70 tahun apabila para pemimpin bangsanya hanya mementingkan egoisme diri sendiri dan kelompoknya.
“Akankah sejarah akan berulang pada bangsa ini. Bahwa dulu ada bangsa besar yang bernama Indonesia yang kemudian terpecah-pecah menjadi negara kecil-kecil akibat egoisme para pemimpinnya,†kata Sultan.
Karena itulah, kata dia, saat ini dibutuhkan kearifan pemimpin bangsa untuk tidak mementingkan kepentingan dirinya dan kelompoknya tetapi lebih mementingakan kepentingan bangsa dan negara.
“Bangsa ini memang dilahirkan dari hasil perdebatan atas perbedaan pemikiran dan polemik dari pemimpin bangsa, namun dari perbedaan itu mereka mampu bersatu menyatukan sikap untuk bersama mendirikan bangsa ini,†katanya.
Diakui Sultan, rekonsiliasi adalah pra kondisi untuk masa depan yang lebih baik. Indonesia baru kata Sultan tidak bisa dibangun dengan amarah, karenanya simbol dari gong perdamaian, diharapkan gaungnya ke masyarakat luas dan bisa memberikan rasa damai bagi para pemimpin bangsa ini ke arah yang lebih baik di masa mendatang.
“Dengan gong perdamaian ini semoga, persatuan dan kesatuan bangsa ini bisa lebih dikukuhkan,â€harapnya.
Pemasangan gong nusantara ini dibuka dengan penampilan beberapa tarian-tarian khas dari masing-masing daerah yang dibawakan oleh mahasiwa yang kuliah di Yogyakarta. Selain itu, juga diisi dengan pembacaan puisi perdamian yang dibawakan oleh wali kota Herry Zudianto. (Humas UGM/Gusti Grehenson)