YOGYAKARTA-Minat mahasiswa untuk menjadi pengusaha atau wirausaha masih terbatas. Karena kondisi tersebut, mahasiswa perlu diberi bekal dan pencerahan sehingga ketika lulus dari perguruan tinggi akan muncul minat menjadi pengusaha atau wirausaha. Menurut dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Dr. Sahid S. Nugroho, M.Sc., salah satu upaya untuk mendukung mahasiswa agar berminat menjadi pengusaha adalah dengan disediakannya fasilitas business start up sebagai modal awal bagi mereka. “Bentuknya bisa berupa infrastruktur, seperti pembiayaan, business centre, online store untuk promosi, hingga berupa koneksi bisnis secara riil,†terang Sahid dalam Workshop Metode Pembelajaran Inovatif Kewirausahaan, yang digelar di Jogjakarta Plaza Hotel, Sabtu (22/1).
Selain itu, motivasi mahasiswa terhambat oleh perasaan ketidakpastian karier menjadi pengusaha. Ketidakpastian karier ini sesungguhnya dapat disiasati dengan mengenalkan langsung para mahasiswa kepada pengusaha yang sudah sukses atau pengusaha kelas UKM. Melalui cara itu, mahasiswa dapat bergaul dan belajar secara langsung tentang menjalankan sebuah bisnis. “Untuk memperdalam ilmu, maka mahasiswa bisa ‘nyantrik’ kepada para pengusaha tersebut secara langsung,†katanya.
Sahid yang juga sebagai pengusul kurikulum mata kuliah kewirausahaan ini menjelaskan penerimaan mata kuliah tersebut di berbagai perguruan tinggi sudah semakin baik. Bahkan, di FEB UGM mata kuliah kewirausahaan bukan lagi sebagai mata kuliah wajib jurusan, melainkan wajib fakultas. “Penerimaan kampus untuk mencetak pengusaha-pengusaha baru sudah cukup baik,†ujar Sahid.
Dalam kesempatan itu, Sahid juga mengusulkan agar materi kuliah kewirausahaan dapat tersampaikan dengan baik kepada mahasiswa, dosen yang bersangkutan setidaknya telah memiliki pengalaman langsung terkait dengan kewirausahaan. Hal tersebut nantinya akan memudahkan proses pengajaran wirausaha kepada mahasiswa “Itu yang saya pikirkan sehingga memang metode ajar mata kuliah kewirausahaan tetap masih perlu disempurnakan,†tuturnya.
Sementara itu, dosen FEB UGM lainnya, Boyke R. Purnomo, M.Sc., mengakui selain minat mahasiswa yang terbatas, kendala dalam pembelajaran kewirausahaan adalah kurikulum yang tidak mendukung dan kesulitan mendesain rancangan perkuliahan serta instrumen pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dalam kesempatan itu, Boyke menerangkan adanya level pembelajaran kewirausahaan. Level ini dimulai dari menumbuhkan kewirausahaan, menenamkan nilai-nilai kewirausahaan, dan mengajarkan kewirausahaan. “Ini juga tidak lepas dari segitiga pembelajaran kewirausahaan yang, antara lain, meliputi aspek kognitif, pembelajaran inovatif, psikomotor, dan afektif,†kata Boyke. (Humas UGM/Satria AN)