• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Suara Perempuan dalam Sejarah Masih Minim

Suara Perempuan dalam Sejarah Masih Minim

  • 24 Januari 2011, 05:50 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 5737
Suara Perempuan dalam Sejarah Masih Minim

YOGYAKARTA – Perempuan belum menjadi bagian dari proses penulisan sejarah di Indonesia. Padahal, sejarah yang erat berkaitan dengan persoalan kemanusiaan tidak terlepas dari pihak perempuan yang selalu menjadi korban. Oleh karena itu, suara perempuan sebagai bagian dari perumusan sejarah sangat penting untuk ditulis dan diangkat dalam sejarah lisan dan tertulis.

“Kaum perempuan menjadi tidak diberi tempat dalam ruang sejarah sehingga ‘seakan-akan’ tidak mempunyai sejarah. Padahal, ketidakhadiran perempuan di dalam sejarah bisa berakibat merusak sejarah itu sendiri,” kata pendiri Komnas Perempuan dan aktivis United Nation (UN) Women, organisasi PBB yang mengurusi hak-hak perempuan, Ita F. Nadia, dalam orasi ilmiah ‘Sumbangan Ilmu Sejarah untuk Kemanusiaan-Refleksi Pekerja Kemanusiaan’, di Fakultas Ilmu Budaya UGM, Sabtu (22/1).

Menurut alumni sejarah UGM ini, pengalaman perempuan sebagai korban kekerasan merupakan upaya untuk menyingkap struktur ketidakadilan kekuasaan dan politik kekerasan, yang telah mengakibatkan jatuhnya beribu-ribu korban. Pengalaman kekerasan para perempuan korban Tragedi ’65, yang merupakan kisah traumatik dan bersifat sangat pribadi dengan renungan-renungan spiritual, akan dapat menjadi media untuk memaknai pengalaman korban, baik bagi masyarakat maupun korban itu sendiri. “Pada satu pihak, akan menjadi cerita yang dapat memulihkan martabat kemanusiaan mereka, dan pada pihak lain, akan mengakhiri dan tidak akan lagi menimbulkan penghinaan dan diskriminasi baru yang berkembang di tengah masyarakat,” kata penulis buku 'Suara Perempuan Korban Tragedi ’65' ini.

Berdasarkan hasil penelitiannya, dalam rangkaian kekerasan terhadap perempuan sejak zaman Jepang, peristiwa G30 S 1965, Timor Timur, Aceh, Papua, dan Mei 1998, ternyata tubuh perempuan menjadi sasaran “antara” dari serangkaian kejahatan yang dirancang untuk menimbulkan ketakutan dan ketidakpercayaan di masyarakat. Pada akhirnya, hal itu akan menimbulkan konflik baru yang tidak akan pernah berhenti. “Kekerasan terhadap perempuan di dalam situasi konflik bukan sebagai dampak, tetapi merupakan kekerasan sistemik berdimensi gender,” ujarnya.

Penulisan pengalaman perempuan-perempuan korban ini merupakan upaya untuk menghentikan “politik pembungkaman” yang lazim digunakan oleh para pelaku kekerasan sebagai alat teror agar korban dan masyarakat dicekam rasa takut. Sejarah lisan menjadi salah satu cara untuk memecah kebisuan dan menciptakan ruang sejarah. “Tuturan pengalaman korban merupakan elemen penting untuk penyusunan kembali masa lalu yang tidak adil,” katanya.

Bagi perempuan korban kekerasan, metode sejarah lisan menjadi penting untuk membawa perempuan masuk ke dalam ruang sejarah dan menjadikan pengalaman-pengalaman mereka sebagai bagian dari catatan (sejarah) tertulis. Untuk selanjutnya, hal itu menjadi jalan dalam melakukan revisi sejarah dan mengubah penggambaran peristiwa yang sebelumnya pernah ditulis atau disiarkan secara tidak adil serta tidak memperhitungkan pengalaman perempuan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Kepala PSW: Ubah Cara Pandang terhadap Perempuan

    Saturday,24 December 2011 - 7:54
  • Minim, Peran Perempuan Dalam Pengelolaan Pariwisata

    Monday,02 July 2012 - 9:01
  • Tingkat Partisipasi Pemilih di Kecamatan Samigaluh, Tertinggi di Kulon Progo

    Wednesday,29 April 2009 - 16:34
  • Perempuan Dalam Pusaran Pemilu

    Thursday,16 May 2019 - 13:50
  • Inilah 6 Calon MWA Unsur Majelis Guru Besar

    Thursday,15 December 2011 - 8:48

Rilis Berita

  • Universitas Kristen Petra dan Universitas Gadjah Mada Jalin Kerja Sama 31 March 2023
    Universitas Kristen Petra dan Universitas Gadjah Mada mempererat kerja sama. Keduanya sepakat bek
    Agung
  • Mahasiswa FEB UGM Juarai Kompetisi Bisnis Asia Pasifik 2023 31 March 2023
    Tim Gama Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM berhasil menyabet gelar juara pertama dalam
    Ika
  • FTP UGM Luncurkan 3 Buku Ragam Kudapan Nusantara 31 March 2023
    Ragam kuliner Indonesia yang terdiri atas minuman, makanan utama, lauk-pauk, penyerta dan pelengk
    Agung
  • UGM dan BPJS Ketenagakerjaan Jalin Kerja Sama Peningkatan Kompetensi SDM 31 March 2023
    Universitas Gadjah Mada dan BPJS Ketenagakerjaan melaksanakan penandatanganan perjanjian kerja sa
    Gusti
  • Penerimaan Mahasiswa Baru UGM Jalur Prestasi Dibuka Hingga 12 April 31 March 2023
    Pendaftaran penerimaan mahasiswa baru UGM jalur Penelusuran Bibit Unggul (PBU) at
    Gloria

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual