YOGYAKARTA- Orang yang beruntung adalah orang yang pandai bersyukur. Orang yang pandai bersyukur akan mampu menikmati hidupnya dengan baik. Bersyukur akan semakin meningkatkan arti dan kualitas kehidupan. Dengan bersyukur, kehidupan seseorang akan membawa manfaat bagi masyarakat luas.
Itulah sekelumit pernyataan Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM, Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno, dalam sambutan peringatan 70 tahun kelahirannya, 24 Januari 2011, di UC UGM. Acara peringatan yang mengambil tema ‘Jejak-Arah Transformasi Sastra dan Kebudayaan’ ini dihadiri oleh, antara lain, GBPH Joyokusumo (mewakili Sri Sultan HB X), Walikota Yogyakarta, Hery Zudianto, Prof. Dr. Chairil Effendi (Rektor Universitas Tanjung Pura Pontianak), KPH Sumargono Kusumohadiningrat, dan Prof. Dr. Mohammad Haji Salleh (Universitas Kebangsaan Malaysia). Hadir pula kolega, sahabat, dan murid Prof. Chamamah yang tersebar di berbagai wilayah dan instansi.
Chamamah, yang juga pakar filologi (naskah kuno) di Jurusan Sastra Indonesia UGM, bertanya kepada dirinya sendiri dan hadirin tentang konsep ilmuwan ideal apakah sudah benar-benar menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap dosen, bahkan guru besar. Ilmuwan ideal yang tidak hanya menularkan ilmunya kepada mahasiswa, tetapi juga masyarakat. “Saya juga bertanya kepada diri saya sendiri, apakah konsep ilmuwan ideal itu sudah benar-benar menjadi satu dengan kehidupan sehari-hari?†tanya ketua PP Aisyiah periode 2000-2010 tersebut.
Peringatan 70 tahun yang berlangsung sederhana ini juga disertai dengan pemberian testimoni oleh beberapa tamu undangan. Sri Sultan HB X yang diwakili oleh GBPH Joyokusumo mengatakan sosok Siti Chamamah dapat menjadi contoh dan teladan generasi muda dalam belajar sastra dan naskah kuno. Melalui ilmu sastra, baik sastra lama, sastra baru, sastra daerah, maupun sastra transformasi, dapat membuka wawasan dan sejarah tentang bangsa-bangsa lain. “Pergeseran nilai-nilai di masyarakat bisa kita pelajari. Bagaimana pula, misalnya, transformasi dari novel ke film, puisi ke musik, dan lain-lain,†kata Joyokusumo.
Sementara itu, Prof. Haji Salleh dari Universitas Kebangsaan Malaysia bahkan sempat membacakan sebuah puisi berjudul “Membaca Aksara” untuk Prof. Chamamah Soeratno. Sebelumnya, dalam testimoninya, Mohammad Salleh menilai Prof. Chamamah merupakan sosok yang banyak berkiprah dan berjasa bagi perkembangan sastra Melayu maupun sastra Indonesia. “Sosok Prof. Chamamah merupakan sosok yang berjasa dan mampu mengangkat sastra Melayu dan sastra Indonesia,†ujar Salleh.
Usai penyampaian testimoni dan pemotongan tumpeng, acara dilanjutkan dengan peluncuran tiga buah buku karya Prof. Siti Chamamah Soeratno. Buku-buku yang diluncurkan ialah ‘Sastra: Teori dan Metode’, ‘Jejak-Arah Transformasi Sastra dan Kebudayaan’, dan ‘Membangun Kepedulian, Menginspirasi Perubahan’.
Masih dalam rangkaian peringatan ulang tahun ke-70 Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno, besok akan diselenggarakan seminar yang dibagi menjadi tiga sesi. Seminar akan diisi oleh para pembicara dari dalam dan luar negeri, seperti Henri Chambert-Loir (EFEO-Prancis), Mohammad Haji Salleh (USM-Malaysia), Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno (UGM), Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra (UGM), Prof. Dr. Chairil Effendy (Pontianak), Prof. Dr. Yudiaryani (ISI), Prof. Dr. Titik Pudji Astuti (UI), Dr. Juliasih (UGM), dan Dr. Kun Zachrun Istanti (UGM).
Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno lahir di Kauman, 24 Januari 1941. Anak kedua pasangan Kyai Hanad Noor (alm.) dan Hj. Juhariah ini bersuamikan Drs. Soeratno, S.U. Pernikahannya membuahkan dua anak, Ir. Ahmad Syauqi, M.M., dan dr. Nurul Chusna, M.P.H. Beberapa karya bukunya yang telah terbit, antara lain, ‘Pengantar Teori Filologi’ (1985), ‘Hikayat Iskandar Zulkarnain: Suntingan Teks dan Analisis Resepsi’ (1991), dan ‘Muhammadiyah sebagai Gerakan Seni dan Budaya: Suatu Warisan Intelektual yang Terlupakan’ (2009). (Humas UGM/Satria AN)