YOGYAKARTA – Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., menegaskan pada abad ke-21 ini, pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan di dunia berada di benua Asia. Sebelumnya, pada abad ke-19, pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan berada di benua Eropa dan selanjutnya berpindah ke Amerika, terutama Amerika Utara, di abad ke-20. “Sekarang ini, pusat kebudayaan dan pengetahuan bergeser ke Asia. Di Asia, ada lima bangsa yang sangat diharapkan, yaitu China, India, Korea, Jepang, dan Indonesia,” kata Rektor dalam Wisuda Program Pascasarjana UGM, Rabu (26/1/2011) .
Kekayaan sumber daya alam yang melimpah merupakan potensi yang cukup luar biasa untuk dimanfaatkan para intelektual lulusan perguruan tinggi guna menjadikan Indonesia sebagai pusat kebudayaan dan pengetahuan dunia. “Sumber kekayaan kita sungguh luar biasa. Apabila masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang berilmu pengetahuan, maka tentu kita berada di lapis teratas dalam persaingan global,” katanya.
Ia menambahkan lulusan perguruan tinggi harus berada di baris terdepan untuk menciptakan masyarakat yang berilmu pengetahuan. Oleh karena itu, lulusan UGM diharapkan selalu mengembangkan ilmu sepanjang hayat dan menerapkan ilmu tersebut sesuai dengan nilai-nilai kegadjahmadaan.
Namun demikian, untuk menciptakan masyarakat yang berpengetahuan tidaklah mudah. Salah satunya disebabkan masih sedikitnya kelompok masyarakat yang dapat mengenyam jenjang pendidikan tinggi. Saat ini, baru 18 persen dari usia kelompok masyarakat yang duduk di perguruan tinggi. “Jumlah itu terlalu kecil dibanding jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 230 juta jiwa. Di negara yang sudah maju, masyarakat yang dapat menikmati pendidikan tinggi umumnya mencapai 50 persen,” tuturnya.
Kepada lulusan UGM, Sudjarwadi menitipkan tersebarnya nilai-nilai UGM, yakni nilai Pancasila dan keilmuan. Menurutnya, nilai keilmuan UGM ditumbuhsuburkan dengan roh dan semangat pengembangan ilmu dan penerapan ilmu untuk keadaban, kemanfaatan, dan kebahagiaan manusia.
Wisuda program pascasarjana kali ini meluluskan 957 wisudawan, terdiri atas 905 master, 40 spesialis, dan 12 doktor. Waktu studi tersingkat jenjang S-2 diraih oleh Moh. Adhib Ulil Absor dari Program Studi Fisika, FMIPA, yakni 1 tahun 0 bulan. Untuk jenjang spesialis diraih oleh Dewi Elianora dari Fakultas Kedokteran Gigi yang mampu menyelesaikan studi dalam waktu 2 tahun 3 bulan. Sementara itu, waktu studi tersingkat jenjang S-3 dicapai oleh Bulhani dari Program Studi Kimia, FMIPA, yakni 3 tahun 1 bulan.
Selanjutnya, lulusan S-2 termuda diraih Al Asyary dari Fakultas Kedokteran, yang meraih gelas master pada usia 22 tahun 5 bulan bulan 14 hari. Wisudawan S-2 yang berpredikat cumlaude pada wisuda periode ini berjumlah 134 orang atau 14,81% dari semua lulusan S-2. Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi diraih oleh Agung Cahyono dari Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, yang mampu meraih nilai 4,00. Selain Agung, lima wisudawan lain juga memiliki nilai IPK yang sama, yakni Dyah Subositi (F. Biologi), Elida Lailiya Istiqomah (F. MIPA), Sugeng Prayitno (F. Pertanian), Angga Novansa Ratna Asih (F. Teknik), dan Aries Bagus Sasongko (Sekolah Pascasarjana). (Humas UGM/Gusti Grehenson)