Kamis (27/1), Fakultas Teknik (FT) UGM bersama dengan Forum Pemerti Code dan Internasional Organization for Migration (IOM) meluncurkan peta 1.000 ide untuk Code. Peluncuran peta secara simbolis dilakukan oleh Rektor UGM yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha (APU), Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil., Ph.D., didampingi Dekan FT UGM, Ir. Tumiran, M.Eng., Ph.D., dan Ketua Jurusan Teknik Geodesi FT UGM, Prof. Ir. Subaryono, M.A., Ph.D., bertempat di Gedung KPTU FT UGM.
Peta 1.000 ide untuk Code ini merupakan potret terkini kondisi Code pascaerupsi Merapi. Peta ini selanjutnya akan digunakan sebagai landasan dalam penyusunan rencana aksi dan mitigasi berbasis komunitas. Dalam peta ini, masyarakat Code nantinya akan menuangkan idenya terkait dengan penataan kawasan Code. Diharapkan akan terkumpul 1.000 ide untuk Code.
Ketua Jurusan Teknik Geodesi FT UGM, Prof. Ir. Subaryono, M.A., Ph.D., mengatakan pemetaan wilayah Code merupakan wujud kontribusi UGM dalam upaya pemulihan dan penataan masa depan Kali Code. Peta dibuat dengan menggabungkan teknologi geo-spasial dalam melihat kondisi permukaan bumi dengan perspektif masyarakat di sekitar bantaran Kali Code. “Dengan penggabungan teknologi dan pemikiran masyarakat Code diharapkan kegiatan perencanaan dan pengelolaan kawasan Code yang terpapar dampak letusan Merapi bisa menjadi lebih baik karena terbentuk dari pemikiran berbagai pihak, baik masyarakt, akademisi, maupun instansi pemerintah, sehingga hasil yang diperoleh bersifat komperehensif dan integratif,†jelasnya.
Disebutkan Subaryono bahwa peta tersebut adalah hasil pemotretan udara Kali Code terkini dengan menggunakan wahana pesawat UAV atau pesawat tanpa. Citra yang diperoleh kemudian diintegrasikan dengan survei pemetaan partisipatif di lapangan.
Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha (APU) UGM, Prof. Ir Atyanto Dharoko, M.Phil., Ph.D., sangat mengapresiasi peluncuran peta 1.000 ide untuk Code. Hasil pemetaan kawasan Code yang telah dilakukan oleh Fakultas Teknik bersama dengan masyarakat Code ini diharapkan dapat mendukung upaya pengembangan kawasan Code. “Adanya peta ini harapannya bisa menjadi pijakan dalam penyusunan strategi mitigasi dalam merespon banjir tahunan dan banjir lahar dingin Merapi di Kali Code serta untuk penataan dan pengembangan kawasan Code,†terangnya.
Sementara itu, Ketua Tim Pemetaan dan Perencanaan Partisipatif dari Jurusan Teknik Geodesi FT UGM, Dr. Trias Aditya, M.Sc., menambahkan pembuatan peta 1.000 ide untuk Code merupakan bentuk respon dalam melakukan analisis risiko dan perencanaan berbasis risiko bencana dan penataan Code yang lebih tangguh. Secara bersama-sama, pihaknya, Forum Pemerti Code, dan IOM melakukan survei dan pemetaan partisipatif guna penyusunan rencana aksi dan mitigasi berbasis komunitas.
Pemetaan partisipatif yang dilakukan, menurut Trias, telah melalui pertemuan dengan warga di 15 kawasan terdampak, mulai wilayah utara, tengah, dan selatan Kali Code. Pemetaan ini untuk mengidentifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi di kawasan Code pascabencana Merapi. Dari hasil pemetaan dan perencaanaan partisipastif terlihat bahwa pemenuhan kebutuhan air bersih, fasilitas umum, dan perbaikan lingkungan permukiman Code sangat segera disediakan.
Citra satelit menunjukkan 300 titik saluran limbah tertutup pasir lahar dingin Merapi yang mengakibatkan air meluber ke jalan-jalan lingkungan. Penggal tengah Kali Code, seperti Kota Baru, Jogoyudan, Ledok Tukangan, dan Ledok Macanan, merupakan wilayah yang terdampak lahar dingin terparah. Kemudian, disusul dengan penggal utara, yakni Blimbingsari dan Sendowo. “Apabila tidak segera ditangani, hal ini akan menimbulkan masalah di bidang kesehatan,†tuturnya.
Penataan kawasan yang lebih tangguh terhadap ancaman banjir lahar dingin dengan meninggikan jalan dan permukiman serta menambah jarak pendirian permukiman dari Kali Code merupakan solusi yang dapat diaplikasikan untuk mengantisipasi dampak banjir dan lahar dingin.(Humas UGM/Ika)