YOGYAKARTA – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengirim biji tomat ke luar angkasa dengan menggunakan satelit milik Jepang pada 22 Januari lalu. Menurut rencana, setelah dua bulan berada di luar angkasa, biji tomat tersebut akan dikembalikan lagi ke Lapan dan ditanam oleh para siswa untuk bahan penelitian. “Setelah beberapa bulan di luar angkasa, biji tomat dari antariksa ini akan dikembalikan lewat satelit Amerika. Biji tomat ini akan ditanam oleh anak-anak sekolah secara bersama-sama,” kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Lapan, Elly Kuntjahyowati, usai mengisi Seminar Rekonstruksi Daerah Korban Bencana berdasarkan Pendekatan Geografi, yang diselenggarakan di Auditorium Fakultas Geografi, Sabtu (5/2).
Menurut Elly, penanaman ini bertujuan untuk mengetahui apakah biji tomat masih dapat tumbuh setelah beberapa bulan di luar angkasa, “Kita ingin tahu apakah ada perbedaan biji tomat biasa dengan biji tomat yang sudah ditempatkan di luar angkasa,” katanya.
Proyek pengiriman biji tomat ke ruang angkasa merupakan kerja sama sejumlah negara, yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, India, dan Vietnam. Masing-masing negara mengirimkan biji tanaman. Pengiriman sumber hayati ini merupakan bagian dari kerja sama multilateral Asia Pacific Regional Space Agency Forum (APRSAF) yang antara lain bertujuan untuk meningkatkan minat generasi muda pada bidang keantariksaan. Sampel biji tomat yang dikirim seberat 100 gram atau berjumlah 500-800 biji.
Alasan memilih biji tomat untuk dikirim ke luar angkasa, menurut Elly, karena biji tomat lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan tanaman lain. Selain program penanaman biji tomat dari luar angkasa, untuk menumbuhkembangkan minat siswa pada antariksa, Lapan juga mengadakan program lomba roket. “Mendorong anak-anak lebih giat untuk kegiatan penelitian,” tambahnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)