YOGYAKARTA- Permasalahan pangan dan gizi mengalami perkembangan yang sangat cepat dan kompleks. Perkembangan lingkungan global, seperti global climate change dan meningkatnya harga minyak dunia, telah mendorong kompetisi penggunaan hasil pertanian untuk pangan (food), bahan energi (fuel), dan pakan ternak (feed) yang makin tajam. Di samping itu, kecenderungan pengabaian terhadap good agricultural practices dan sumber pangan lokal (biodiversity) dikhawatirkan akan mengancam ketahanan pangan dan gizi nasional.
Salah satu upaya mengurangi ketergantungan terhadap pangan impor dapat dilakukan dengan pengembangan sumber karbohidrat nonberas dan nonterigu. “Sumber karbohidrat nonberas dan nonterigu ini mempunyai potensi untuk dikembangkan guna mengurangi ketergantungan terhadap pangan impor,†kata Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM, Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc., ketika menyampaikan beberapa rekomendasi hasil Lokakarya Strategi Pengembangan dan Diversifikasi Pangan Sumber Karbohidrat (Nonberas dan Nonterigu) untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan, Senin (7/2).
Selain peneliti dari PSPG, lokakarya juga menghadirkan pakar ketahanan pangan, Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito, M.S., dan Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi (BKPP) DIY, Ir. Asikin Chalifah.
Terkait dengan pengembangan sumber karbohidrat nonberas dan nonterigu, dalam lokakarya juga dikemukakan bahwa DIY merupakan daerah yang mempunyai potensi untuk pengembangan umbi-umbian. Pengembangan umbi-umbian diyakini dapat memberikan kontribusi dalam mengatasi dua masalah, yakni konsumsi beras, juga impor gandum yang tinggi dan terus meningkat. â€Pengembangan umbi-umbian ini memerlukan sentuhan teknologi untuk menghasilkan produk antara berupa tepung yang lebih awet, mudah diolah untuk menghasilkan berbagai produk, serta untuk menjamin kontinuitas pasokan,†terangnya.
Menurut Eni, tingkat konsumsi umbi-umbian di DIY dari tahun ke tahun mengalami penurunan sehingga memerlukan perhatian khusus. Sementara itu, untuk peningkatan produksi umbi-umbian sejauh ini dapat dilakukan melalui kelompok tani (Poktan) dan Gapoktan.
Hasil penelitian oleh peneliti PSPG UGM menunjukkan umbi-umbian mempunyai potensi meningkatkan kesehatan, antara lain, sebagai immunomodulator (meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan menurunkan risiko penyakit alergi serta hipersensitivitas), juga menurunkan risiko terjadinya penyakit degeneratif (kanker, diabetes mellitus, dan penyakit kardiovaskular).
Dari lokakarya ini dihasilkan beberapa rekomendasi, antara lain, dorongan kepada kebijakan pemerintah yang harus konsisten dan berpihak kepada pangan lokal. Selain itu, dukungan teknologi, sarana dan prasarana serta anggaran dalam pengembangan umbi-umbian di Provinsi DIY dari perguruan tinggi/lembaga penelitian dan pengembangan serta dinas terkait pada aktivitas di hulu, budidaya/produksi dan hilir (pengolahan hasil) hingga pemasaran. (Humas UGM/Satria AN)