YOGYAKARTA – Laboratorium Hidrologi dan Kualitas Air Fakultas Geografi UGM menerima sertifikat akreditasi ISO 17025:2005. Sertifikat diserahkan langsung oleh Ketua Komite Akreditasi Nasional (KAN), Dr. Bambang Setiadi, kepada Dekan Fakultas Geografi, Prof. Dr. Suratman, M.Sc., Rabu (9/2). Tampak hadir dalam acara tersebut, Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha, Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil., Ph.D.
Laboratorium Hidrologi dan Kualitas Air merupakan salah satu laboratorium pengujian yang dimiliki Fakultas Geografi. Laboratorium ini berdiri pada 18 Desember 1987, yang bertujuan untuk mengadakan riset dan layanan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan pelayanan pengujian yang dilakukan antara lain uji kualitas air, meliputi parameter fisik, kimia, dan biologi. Selain itu, laboratorium juga melayani uji kualitas udara dan tanah dengan parameter fisik, kimia dan mikrobiologi. Dengan adanya sertifikat akreditasi ISO ini diharapkan laboratorium mampu melaksanakan sistem manajemen mutu pengujian berdasarkan ISO/IEC 17025:2005.
Suratman mengatakan sertifikat standardisasi internasional yang diraih Laboratorium Hidrologi dan Kualitas Air milik Fakultas Geografi merupakan yang pertama diperoleh laboratorium milik fakultas di lingkungan UGM. Sebelumnya, LPPT UGM pernah mendapatkan sertifikat akreditasi yang sama. “Satu-satunya lab. fakultas yang mendapat akreditasi internasional di UGM. Semoga bisa mendorong lab. fakultas lain untuk mendapatkan yang sama,” ujarnya.
Ia menambahkan dengan adanya akreditasi laboratorium ini, mahasiswa di lingkungan UGM dapat menggunakan hasil uji laboratorium tersebut karena hasil dari uji yang dilakukan berlaku secara internasional. “Calon Ph.D. (doktor) dari India dan China yang kuliah di UGM tidak perlu pulang ke negaranya dan bisa menggunakan lab. ini,” tuturnya.
Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha (WR APU), Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil, Ph.D., mengharapkan keberadaan laboratorium yang mendapat sertifikat akreditasi tersebut dapat bermanfaat, baik bagi lingkungan internal UGM maupun dunia internasional.
Diakui WR APU, sertifikasi internasional ini merupakan salah bentuk program internasionalisasi yang dicanangkan oleh UGM. Selain fasilitas laboratorium yang mendapat setifikasi layanan mutu standar internasional, UGM juga tengah melakukan standar layanan di bidang akademik, kurikulum, dan organisasi. “Ada lima prodi di UGM sudah mendapatkan sertifikasi akreditasi dunia internasional,” ujarnya.
Bambang Setiadi mengungkapkan sertifikasi laboratorium milik Fakultas Geografi ini merupakan laboratorium ke-12 dari laboratorium yang pernah diakreditasi oleh KAN. “Sebenarnya ada 4 akreditasi laboratorium di empat perguruan tinggi, tapi sudah dicabut karena tidak memperpanjang dan mendaftar lagi akreditasi,” katanya.
Laboratorium uji kualitas air sangat diperlukan masyarakat luas karena menghasilkan standar mutu air yang layak dikonsumsi berdasarkan tingkat jumlah bakteri yang terkandung. “Seperti temuan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) Oktober lalu, dari 11 dari 21 merek minuman kemasan gelas air mengandung bakteri bermasalah,” terangnya.
Tampilkan Wayang Modern
Acara penyerahan piagam sertifikat akreditasi ISO 17025:2005 diawali dengan pementasan pergelaran wayang modern, yang mengambil lakon ‘Geger Banyu Telogo’ dan dipentaskan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bengkel Kesenian Geografi. Diceritakan dalam kisah ini, para bidadari di negeri kayangan kehabisan bekal air. Kemudian, mereka turun mencari air ke bumi. Sesampai di bumi. si bidadari beterbangan mencari telaga. Sayang, yang ditemukan telaga yang tidak ada berair lagi. Hanya satu telaga yang masih ada airnya, Telaga Towet.
Berbekal sebuah gentong, ia ingin membawa pulang air itu. Setalah melihat airnya yang jernih, tiba-tiba saja bidadari bermaksud mandi di dalam telaga karena merasa badannya yang terasa lelah dan berkeringat. Bidadari tidak menyangka, bila air telaga terrsebut sudah mengandung kuman dan kotoran. Air ditelaga menjadikan kulit wajah si bidadari menjadi rusak. Sang bidadari, teriak dan menangis sambil terbang ke kayangan. Suara tangisannya, menyebabkan penjaga telaga, jaka tarub, terbangun dari tidurnya. Ia heran, air telaga telah menyebabkan si bidadari jadi buruk rupa. Jaka Tarub pun membawakan air dari gentong yang ditinggalkan si bidadari untuk diteliti di padepokan Ki Semar. Cerita pun berlanjut, di padepokan itu Semar dan tiga stafnya, Gareng, Petruk dan Bagong sedang mengusahakan sertifikat akreditasi. (Humas UGM/Gusti Grehenson)