YOGYAKARTA-Kebutuhan manusia terhadap energi listrik dari hari ke hari mengalami peningkatan. Peningkatan konsumsi energi listrik hendaknya dapat diantisipasi agar tidak terjadi permintaan yang jauh lebih besar daripada penyediaan energi listrik. Di samping itu, pembatasan konsumsi energi listrik dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan peralatan teknologi yang berkembang saat ini. “Hal inilah yang menjadi inspirasi bagi kami untuk mengembangkan dan mendesain alat pencatat meter penggunaan daya pemakaian listrik (KWh meter) berbasis mikrokontroler,†kata Yusuf Irfani, mahasiswa D-3 Teknik Elektro, saat memaparkan inovasi tersebut dalam Bedah Jurnal Saintifika, di Ruang Sidang Gelanggang Mahasiswa, Jumat (11/2) sore.
KWh meter digital multifitur yang berbasiskan mikrokontroler ini dibuat dengan beberapa fitur, yakni menampilkan nilai-nilai pemakaian daya listrik dan dilengkapi dengan alarm yang dapat diatur dengan suara tertentu, juga indikator yang menyala sebagai pengingat pembayaran tagihan listrik. Di samping itu, dilengkapi pula dengan fitur menu, seperti jumlah tagihan biaya pemakaian daya listrik saat ini, pemakaian bulan lalu, dan tombol reset yang berfungsi me-reset nilai-nilai operasi. “KWh meter ini juga dilengkapi dengan LCD sebagai penampil data yang diperlukan pelanggan,†katanya.
Selain Yusuf, pengembangan KWh meter juga dibantu beberapa mahasiswa lain, baik dari Teknik Elektro maupun Teknik Fisika, seperti Fadjri Andika Permadi, M. Arif Wicaksono, dan Kiki Rahmat Syair.
Dalam acara tersebut, dibedah pula tentang Humanisasi Candi: Model Pengembangan Situs Candi Pustakasala di Komplek Kampus Terpadu UII, yang merupakan tulisan Ari Hendra Lukmana, Qolbiyati Muthmainah, Ghifari Yuristiadhi, dan Fahmi Prihantoro. Mereka adalah mahasiswa jurusan Arkeologi, Teknik Arsitektur dan Perencanaan, serta Ilmu Sejarah.
Kedua karya ilmiah itu sebelumnya telah masuk final dan menjadi peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke XXIII bulan Juli 2010 , di Denpasar, Bali.
Ari Hendra Lukmana dalam paparannya mengatakan ide humanisasi candi di UII berawal dari adanya tarik-menarik kepentingan antara UII dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3). UII harus menghentikan pembangunan proyek sambil menunggu kepastian dari BP3 terkait dengan kelanjutan pembangunan perpustakaan. Sementara itu, BP3 merasa bimbang perihal izin pemanfaatan situs candi ke depan oleh pihak kampus karena dalam penemuan situs candi yang lain tidak diperbolehkan mendirikan bangunan lain hingga radius tertentu. “Tarik ulur inilah yang mengawali gagasan ini karena memang kasus ini membutuhkan solusi yang cepat dan tepat demi maslahat UII dan BP3,†terang Ari.
Ditambahkan Ari, gagasan itu diangkat dalam rangka memunculkan wacana baru di dunia arkeologi tentang model konservasi yang adaptif dengan perkembangan zaman. Konsep infill design dan kontekstualisme yang dapat diterapkan adalah dengan membuat penambahan massa berupa bangunan perpustakaan di atas candi dengan bahan bangunan yang menyatu dengan candi.
Bagian bawah massa bangunan dibuat terbuka sehingga candi tetap mendapatkan pencahayaan dan penghawaan alami. Bagian lantai bangunan yang menutup candi dapat mendukung perancangan pencahayaan sehingga candi tetap terlihat indah di malam hari. “Dengan begitu, candi tetap dapat dijaga kelestariannya dan bangunan baru, yakni perpustakaan, dapat memiliki landmark yang bernilai historis tinggi. Inilah konsep pengembangan desain yang humanis yang solutif bagi Candi Pustakasala,†pungkas Ari.
Menanggapi paparan tentang dua karya ilmiah tersebut, Dr.Med.dr. Indwiani Astuti dan Hempri Suyatna, S.Sos., M.Si. selaku pembedah memberikan apresiasi positif, bahkan inovatif dan aktual. Mereka berharap ke depan karya ini dapat terus dikembangkan. Tidak lupa, keduanya berpesan agar setiap karya tulis ilmiah menghindari praktik plagiarism, meminimalkan sumber dari internet, dan mengedepankan penggunaan buku/jurnal ilmiah lainnya. (Humas UGM/Satria AN)