Warga masyarakat diminta secara terus-menerus mewaspadai ancaman penyakit demam berdarah dengue (DBD). Penyebaran penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini biasanya meningkat dua hingga tiga kali lipat pada bulan Januari, Februari, dan Maret.
Meski begitu, penyakit ini sesungguhnya dapat diatasi bila cepat ditangani. Dengan mengenal penyakit ini lebih dini, semua akan memiliki pemahaman yang benar, setidaknya beberapa pihak terkait dapat bertindak tepat dalam melindungi masyarakat dari penyakit DBD.
Sebagaimana yang dilakukan dr. Tri Baskoro Unggul Saptoto, Ph.D., dr. Sunarno, dan Singgih Adi Triono dari Pusat Kedokteran Tropis, Fakultas Kedokteran UGM. Ketiganya telah bekerja keras meminimalisasi sebaran penyakit ini. Salah satunya adalah dengan membuat alat hisap jentik nyamuk elektrik mekanik sederhana yang disebut “Gama-Kuras”.
Originalitas “Gama-Kuras” adalah untuk membersihkan jentik nyamuk di bak mandi atau bak penampungan air, seperti gentong, drum, dan sebagainya, tanpa menguras/membuang air dalam bak. Alat ini dapat digerakkan mengikuti sasaran jentik yang akan dituju dan tanpa menggunakan bahan kimia racun pembunuh jentik. “Keunggulan “Gama-Kuras”, antara lain, sebagai alat hisap elektrik mekanik dengan sistem resirkulasi air sehingga dalam tempo 140 detik mampu menangkap 50,” jelas Tri Baskoro di kampus UGM, Kamis (17/2), menjelaskan kegunaan alat ini.
Penemuan alat sederhana ini tentu menjadi berita baik bagi masyarakat yang kekurangan air. Mereka dapat berhemat air ketika membersihkan jentik nyamuk. “Masyarakat tentu tak perlu lagi membuang air dengan sia-sia saat menguras bak untuk membersihkan jentik,” terangnya.
Menurut Tri Baskoro, pembuatan prototipe “Gama-Kuras” sangat sederhana. Alat ini menggunakan pompa aerator dengan daya hisap maksimum dan dihubungkan dengan sebuah botol plastik berlubang kecil pada dindingnya dengan dibalut kain berfungsi sebagai penyaring (filter). Dengan demikian, jentik yang terhisap akan masuk ke dalam perangkap saringan. “Sementara, air akan kembali ke dalam bak penampungan sehingga tidak ada air yang terbuang. Semua komponen lokal di atas disatukan pada sebuah pipa pralon yang berfungsi sebagai pegangan,” tuturnya.
Ketua Minat Entomologi Kedokteran Pusat Kedokteran Tropis UGM berharap muncul mitra usaha yang bisa diajak kerja sama untuk menyederhanakan bentuk dan memproduksi alat ini. Dengan demikian, alat ini pada akhirnya dapat diproduksi dalam jumlah besar karena penderita DBD meningkat dari tahun ke tahun, khususnya pada bulan-bulan rawan penularan DBD, yakni Januari sampai dengan Mei.
Banyak daerah di Indonesia yang mengalami kesulitan air tentu membutuhkan alat ini sebab menangkap jentik nyamuk menjadi cara yang efektif untuk menghentikan penyebaran penyakit DBD. “Virus dengue ditularkan dari induk nyamuk ke telur atau disebut transovarial sehingga telur nyamuk yang menetas menjadi larva sudah membawa virus dengue. Karenanya membersihkan jentik di tempat apapun merupakan cara paling jitu dalam menurunkan populasi nyamuk penular penyakit DBD,” pungkas Ketua tim pencipta “Gama-Kuras”. (Humas UGM/ Agung)