YOGYAKARTA – Isu perubahan iklim menjadi isu yang hangat dibicarakan semua kalangan di berbagai belahan dunia saat ini, termasuk 144 peserta dari 37 negara yang mengikuti International Youth Conference (IYC) di Yogyakarta. Mereka berdiskusi tentang isu perubahan iklim dan pemanasan global dalam rangka menghasilkan resolusi pemuda untuk turut berkontribusi terhadap penanganan perubahan iklim. “IYC ini diperuntukkan untuk anak-anak muda yang peduli climate change (perubahan iklim). Mereka saling berbagi pengalaman terhadap apa yang sudah dilakukan,” kata Deputi Menpora Bidang Pemberdayaan Pemuda, Alfitra Salam, kepada wartawan usai membuka IYC 2011 di Hotel Saphir, Senin (21/2).
Alfitra menambahkan pemuda merupakan calon pemimpin bangsa di masa depan. Melalui dialog dan kesepahaman bersama, diharapkan terbangun jejaring dan komitmen untuk ikut serta menjaga lingkungan.
Sementara itu, Michael Zacheo, perwakilan United Nation Information Center di Jakarta, menyambut baik konferensi yang diprakarsai oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, Pemprov DIY, dan Universitas Gadjah Mada ini. “Masing-masing peserta nantinya bisa mempengaruhi pengambilan kebijakan dalam upaya penanganan perubahan iklim di negaranya,” katanya.
Di hampir banyak negara, isu perubahan iklim dan pemanasan global menjadi perhatian pemerintah. Konferensi ini sebagai langkah awal bagi pemuda untuk lebih peduli pada lingkungan dan perubahan iklim. Namun yang tidak kalah penting, terbangun dialog dan saling pengertian antarpemuda dalam menemukan resolusi penanganan perubahan iklim. “Konferensi di Yogyakarta ini juga mengenalkan pada peserta tentang bencana yang baru saja menimpa, yakni erupsi Merapi, sehingga mereka bisa tahu dan mengambil banyak pelajaran dari bencana yang ada di Indonesia,” tuturnya.
Di hari pertama, para peserta diberikan kesempatan untuk melontarkan ide dan pengalaman masing-masing dalam aktivitas kampanye peduli perubahan iklim. Elshan (27), peserta asal Azerbaijan, mengaku aktif dalam sebuah LSM, Green Biker Club (komunitas sepeda hijau). Sejak tiga tahun lalu, mereka aktif mengampanyekan pentingnya menjaga lingkungan dengan menggunakan sepeda. Pada awalnya, Elshan mengatakan kegiatan ini sangat sulit dilakukan. Namun, berbagai aktivitas seminar, pelatihan, dan sosialisasi terus mereka jalankan. “Gerakan ini bisa mempengaruhi banyak orang, termasuk pemerintah untuk kampanye mengendarai kendaraan sepeda hijau,” ujarnya.
Selain Indonesia, peserta berasal dari Thailand, Malaysia, Brunai Darussalam, Vietnam, Singapura, Laos, Myanmar, Kamboja, Timor Leste, Korea Selatan, Hongkong, Filipina, Bangladesh, Malawi, Perancis, Ukraina, dan Suriname. Di samping itu, peserta juga datang dari Finlandia, Palestina, Afghanistan, China, Jepang Rumania, Italia, Spanyol, India, Serbia, Madagaskar, Uganda, Gambia, Pakistan, Zimbabwe, Azerbaijan, Samoa, Seychelles, dan Yaman. (Humas UGM/Gusti Grehenson)