YOGYAKARTA – Sebanyak 2.400-an lulusan UGM mendapat pengarahan dan sharing pengalaman oleh Hikmat Hardono, S.E., Akt., salah satu alumnus yang kini menjabat Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar. Kegiatan pengarahan dari salah satu alumnus yang tergabung dalam Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) ini rutin dilaksanakan untuk memberikan bekal dan motivasi bagi para lulusan yang tengah mengikuti gladi bersih prosesi wisuda.
Dalam pemaparannya, Hardono mengatakan gerakan Indonesia Mengajar (IM) merupakan gagasan dari alumnus UGM, Dr. Anies Baswedan. Gerakan ini diluncurkan dalam rangka memberi pengalaman bagi lulusan sarjana agar berkesempatan menjadi pengajar muda untuk mengabdi selama satu tahun di daerah terpencil. IM terinspirasi dari program Pengiriman Tenaga Mahasiswa (PTM) pada tahun 1950-an. Salah satu pelopor progam PTM adalah almarhum Prof. Koesnadi Hardjasoemantri, yang pernah menjadi Rektor UGM.
Almarhum Prof. Koesnadi menjadi inisiator dan salah satu dari delapan orang yang menjadi angkatan pertama PTM. Beliau berangkat ke Kupang dan bekerja di sana selama beberapa tahun. Sepulangnya dari sana, ia mengajak tiga orang siswa paling cerdas di sana untuk berkuliah di UGM, salah satunya adalah Adrianus Mooy, yang kemudian menjadi Gubernur BI. “Karenanya, PTM merupakan salah satu sumber inspirasi dari gerakan Indonesia Mengajar,” kata Hardono, alumnus Fakultas Ekonomi UGM tahun 1991.
Dari 1.300-an pendaftar, tercatat 8 dari 51 pengajar muda angkatan pertama yang sudah dikirim ke pelosok nusantara merupakan alumni UGM. Jumlah lulusan UGM yang lolos seleksi untuk mengikuti program IM ini masih kalah dibandingkan dengan UI dan ITB, yang masing-masing berhasil mengirimkan 13 dan 30 sarjana. “Lulusan UGM banyak gagal pada direct assessment (pengungkapan langsung). Di program ini, indeks prestasi (IP) tinggi tidak penting. Saat wawancara, menyampaikan ide dan gagasan, itu sangat penting,” pesannya.
Tahun ini, Indonesia Mengajar akan merekrut 100-200 pengajar muda yang akan ditempatkan di Aceh, Papua, dan daerah perbatasan Pulau Nias, Miangas, dan pulau-pulau terpencil di Jawa. Ia menambahkan selain untuk mengisi kekurangan guru, program ini juga bertujuan untuk menyiapkan calon pemimpin masa depan yang mengerti kondisi kalangan bawah di daerah. “Satu tahun mengajar, seumur hidup memberi inspirasi, baik untuk adik-adik siswa dan Anda sendiri,” katanya.
Direktur Kemahasiswaan UGM, Drs. Haryanto, M.Si., mengemukakan pengalaman alumni patut dicontoh oleh para mahasiswa UGM karena dari pengalaman tersebut dapat diterapkan dalam mengembangkan karier di dunia kerja. “Pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman para alumni memiliki makna yang bisa dipetik dan diterapkan dalam kehidupan,” tuturnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)