YOGYAKARTA-Indonesia merupakan negara majemuk dan religius. Hal ini secara tidak langsung membuka peluang terjadinya persinggungan kepentingan dan konflik horisontal yang berkaitan dengan ideologi umat beragama. Untuk menghindari hal itu, setiap warga negara berkewajiban untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika (diversity in unity), yang sudah menjadi perekat bagi perbedaan dalam keberagaman bangsa Indonesia, termasuk mengenai agama.
Sayangnya, sejauh ini peran agama masih sebatas mengurusi permasalahan domestik, seperti kepemimpinan, konflik internal, dan penafsiran kitab suci. Dengan kondisi itulah, Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM bersama dengan SIT, Study Abroad Bali, berupaya menggali lebih dalam tentang kehidupan beragama di Indonesia dan potret pluralitas agama dalam pandangan mahasiswa-mahasiswi Indonesia melalui sebuah diskusi. “Diskusi yang bertema ‘Harmonisasi Kehidupan Beragama di Indonesia’ ini diharapkan bisa memberikan pencerahan, mendorong masyarakat untuk saling memahami dan menghormati serta dapat menjalin hubungan yang baik antarpemeluk,” kata Ketua Panitia, Diasma Sandi Swandaru, di sela-sela diskusi di PSP UGM, Selasa (22/2) sore.
Diasma menambahkan toleransi beragama menjadi salah satu kebutuhan utama untuk menjaga keharmonisan kehidupan ber-Bhinneka Tunggal Ika. Kesadaran akan keberagaman inilah yang menjadi dasar diakuinya 6 agama, yakni Islam, Katholik, Kristen, Hindu, Budha, dan Kong Ho Chu oleh pemerintah. Apabila keberagaman tidak dijaga, dipelihara, dan dihormati, dapat menumbuhkan sikap saling curiga di antara kelompok atau golongan satu dengan yang lain, yang pada akhirnya menimbulkan perpecahan dan konflik di tengah-tengah masyarakat. “Agama seharusnya mampu menjaga dan memberi kedamaian bagi pemeluknya dan umat manusia,” imbuhnya.
Agama juga mempunyai peran yang strategis untuk menumbuhkan sikap kedewasaan, toleransi, gotong-royong, dan yang lebih penting lagi mempunyai kontribusi yang besar bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai salah satu contoh, agama harus bisa berperan aktif dalam menjawab persoalan-persoalan bangsa, seperti kemiskinan, konflik sosial, pendidikan, dan kesehatan.
Dalam diskusi yang menghadirkan peneliti PSP, Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A(K). sebagai pemateri ini juga dihadiri oleh komunitas lintas agama atau Unit Kegiatan Mahasiswa(UKM) yang berbasis keagamaan dari berbagai kampus di Yogyakarta serta 17 mahasiswa peserta program Spring 2011 dari Amerika Serikat. “Hasil diskusi ini diharapkan juga bisa untuk mengetahui apa saja kegiatan-kegiatan UKM yang berbasis keagamaan serta untuk menjalin keakraban dan kebersamaan antar umat beragama,” pungkas Diasma. (Humas UGM/Satria AN)