YOGYAKARTA-Bagi kehidupan manusia, usia 65 tahun termasuk lansia (lanjut usia). Namun, bagi suatu institusi, usia 65 tahun diharapkan menjadi usia yang kian membanggakan, usia yang mampu memantapkan diri untuk maju, dan berkembang. Berdasarkan harapan itulah, tema “Ilmu-Ilmu Humaniora, Globalisasi, dan Representasi Identitas†diangkat sebagai tema Dies Natalis ke-65 Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM. Berbagai kegiatan dilaksanakan untuk menyemarakkan dies kali ini.
Menurut Ketua Panitia Dies, Drs. Sudibyo, M.Hum., sebagian rangkaian acara peringatan dies natalis telah dilakukan, diawali dengan kegiatan donor darah pada Rabu, 16 Februari 2011 lalu. Selain itu, sebagai sarana komunikasi antarbidang ilmu dalam lingkup fakultas, juga telah digelar Seminar Dosen Fakultas Ilmu Budaya pada Rabu, 23 Februari 2011. “Mengawali rangkaian acara dies natalis, sebelumnya telah kita adakan donor darah dan seminar dosen,” kata Sudibyo, Jumat (25/2).
Di samping donor darah dan seminar dosen, pada Kamis, 24 Februari kemarin dilaksanakan ziarah ke makam para sesepuh FIB UGM. Setelah itu, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, diadakan pula hari keluarga pada 27 Februari 2011, yang akan diikuti oleh seluruh anggota keluarga fakultas, termasuk para purnatugas yang pernah berkarya di FIB UGM. “Ziarah sesepuh FIB akan diadakan Minggu, 27 Februari besok,” katanya.
Sebagai bentuk nyata FIB UGM untuk menjalin hubungan baik dengan alumni, akan diselenggarakan Seminar Alumni dan Stakeholders yang menghadirkan pembicara dari berbagai elemen masyarakat, seperti birokrat, praktisi, akademisi, dan pengusaha. Pembicara yang akan hadir, antara lain, Wakil Ketua MPR RI, Hajriyanto Y. Tohari, M.A., Duta Besar RI untuk Uni Emirat Arab, Drs. M. Wahid Supriyadi, Rektor Universitas Tanjung Pura, Prof. Dr. Chairil Effendy, dan Sekjen Ditjen Sejarah dan Purbakala, Drs. Soeroso M.P., S.U.
Berikutnya, bekerja sama dengan Ikatan Alumni Sastra dan Budaya (Ikasasdaya) diselenggarakan juga Malam Guyub Alumni pada 2 Maret 2011 pukul 18.00—21.00 di Fakultas Ilmu Budaya UGM. “Selain itu, kita adakan pameran dan bazar tenun sebagai wujud nyata FIB dalam hal pelestarian budaya bangsa. Acaranya diadakan 2-5 Maret di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri,” kata dosen Jurusan Sastra Indonesia tersebut.
Tenun diangkat sebagai tema pameran karena merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh setiap suku di Indonesia. Berbeda dengan batik yang telah diakui Unesco, tenun dikhawatirkan akan punah atau diakui oleh bangsa lain jika tidak mendapat perhatian yang memadai. Kuasa identitas diangkat sebagai tema karena tenun bukan sekadar bahan pakaian, melainkan juga sebagai penanda gender, status sosial, piranti upacara ritual, dan penanda identitas perempuan dalam perekonomian, serta penanda kedewasaan. Pameran ini juga menampilkan koleksi tenun dengan berbagai varian, baik corak, usia, harga, asal, maupun keunikan. “Pameran dan bazar tersebut terbuka bagi masyarakat luas,” ujar Sudibyo.
Selain itu, sebagai fakultas yang memiliki kolega dan mahasiswa dari berbagai negara, FIB UGM juga menyelenggarakan Festival Internasional Budaya dan Kuliner pada 3 Maret 2011 pukul 12.00—16.00 bertempat di fakultas setempat. Sebagaimana pameran dan bazar tenun, kegiatan ini juga terbuka bagi masyarakat luas.
Sebagai puncak rangkaian acara Dies Natalis ke-65 yang juga merupakan Lustrum XIII FIB UGM, diselenggarakan upacara dies pada 3 Maret 2011 pukul 08.00—12.00 di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri UGM. Pidato dies natalis kali ini disampaikan oleh Prof. Dr. P.M. Laksono dengan judul “Ilmu-Ilmu Humaniora, Globalisasi, dan Representasi Identitasâ€. (Humas UGM/Satria AN)