Prestasi membanggakan kembali diraih oleh civitas akademika UGM. Dr. Ahmad Agus Setiawan, S.T., M.Sc., Sekretaris Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik (FT) UGM, terpilih menjadi salah satu penerima penghargaan dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII) bersama dengan 19 orang penerima penghargaan lainnya. Ia meraih penghargaan Adhicipta Pratama Emas dalam ajang pemilihan insan dan institusi berprestasi di bidang teknologi dan kerekayasaan. Penghargaan diberikan pada 22 Desember 2010 di Jakarta.
PII Award merupakan penghargaan tertinggi dari PII yang diberikan kepada beberapa individu dan institusi yang dinilai berprestasi di bidang teknologi dan kerekayasaan di Indonesia. Pemberian penghargaan telah dimulai sejak tahun 1990. Pada tahun ini, PII Award dianugerahkan kepada 13 individu dan 7 institusi. Penghargaan diberikan dalam empat kategori, yakni Life Time Achievement, Engineering, Sustainable Engineering, dan Coorporate Technology Achievement.
Ahmad Agus meraih penghargaan Adhicipta Pratama Emas, penghargaan kategori Engineering. Penghargaan ini diberikan pada individu berusia kurang dari 35 tahun karena dinilai berhasil dalam mengembangkan karya teknologi yang terbukti bermanfaat bagi pembangunan bangsa dan negara. Ia berhasil mengembangkan sistem pengangkatan air dengan menggunakan tenaga matahari atau yang dikenal dengan solar watering pumping system. “PII menilai inovasi teknologi solar watering pumping system ini benar-benar terbukti memberikan manfaat bagi masyarakat,†jelasnya baru-baru ini.
Teknologi sistem pengangkatan air dengan menggunakan tenaga surya ini memang telah dirasakan manfaatnya oleh warga Dusun Banyumeneng I, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, sejak 2009 silam. Dusun Banyumeneng I merupakan satu dari sekian daerah di kabupaten ini yang mengalami kesulitan air. Hanya ada satu sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan warga setempat, yaitu Kaligede. Mata air tersebut berada di daerah cekungan di dalam gua. Lokasinya pun jauh dari permukiman warga.
Untuk mendapatkan air di mata air Kaligede, warga harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang tidak beraspal sekitar empat kilometer. “Dengan adanya sistem pengangkatan air bertenaga surya ini, kesulitan air yang dirasakan oleh warga Dusun Banyumeneng I akhirnya bisa teratasi†kata pria kelahiran Yogyakarta, 16 Agustus 1975 ini.
Sistem pengangkatan air bertenaga surya yang dikembangkan lulusan Curtain University ini melibatkan mahasiswa peserta kuliah kerja nyata (KKN) UGM bersama dengan masyarakat Dusun Banyumeneng I. Dikatakan Ahmad Agus, ide pembuatan sistem ini muncul pada 2006, sebagai bagian dari tesis yang disusunnya waktu itu. Konsep ini telah memenangi lomba bertaraf internasional dalam Mondialogo Engineering Award (MEA) 2007 di India. Dengan bermodal dana 250 juta rupiah, hasil kemenangan dalam ajang MEA 2007, mahasiswanya dan masyarakat setempat melakukan pembangunan fisik dan instalasi. “Sistem pengangkatan air ini mampu menyuplai sekitar 7.800 liter air per hari. Jumlah tersebut mampu memenuhi kebutuhan 118 kepala keluarga yang belum terdistribusi air,†kata Ahmad Agus.
Saat disinggung tentang penghargaan yang telah diperolehnya, Ahmad Agus menuturkan jawabannya. “Alhamdulillah, bisa dipercaya menerima PII Award ini. Bagi saya, penghargaan ini bukan hanya kemenangan pribadi saya. Namun, juga kemenangan bagi mahasiswa, jurusan, serta fakultas. Tanpa dukungan mereka, saya bukanlah apa-apa,†ucapnya merendah. (Humas UGM/Ika)