Menilik perjalanan hidup ilmuwan Antoine Laurent Lavoisier sangatlah menarik. Sebelum menekuni bidang science, Antoine muda dikenal sebagai seorang yang tekun di bidang sastra. Bahkan pria kelahiran Perancis 26 Agustus 1743 ini, pernah keluar sebagai juara II lomba mengarang di tahun 1760.
“Lulus SMA, Antoine Laurent belajar hukum sampai memperoleh sertifikat untuk berpraktek di tahun 1764. Namun, profesi itupun ia tinggalkan dan kemudian mencurahkan perhatian pada science. Karena memiliki banyak warisan kekayaan, memungkinkan baginya untuk belajar ilmu matematika, astronomi, botani, mineralogi, geologi dan kimia dari para pengajar terkenal saat itu,†papar Prof Dr Wahyu B Sediawan, Senin (26/5) lalu di gedung perpustakaan pascasarjana UGM.
Dosen Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM mengatakan hal itu saat menjadi narasumber pada diskusi buku pemikiran “Great Thinkers†dari serial “Great Books of The Western Worldâ€. Topik yang diangkat saat itu “Konsep ‘Massa’ & Materi Antoine Laurent Lavoiser Sebagai Elemen Pemahaman Ruang dan Waktu.
Antoine Laurent dikenal penghasil banyak karya ilmiah di bidang kimia dan fisika, serta mampu mengungkap esensi dalam bentuk konsep-konsep fundamental dan meletakannya menjadi fondasi ilmu kimia modern. “Ia juga berpartisipasi dalam pengembangan dan mendemonstrasikan pertanian secara ilmiah. Setelah revolusi Perancis 1789, pada tahun 1794 ia diadili atas keterlibatannya dalam ferme dan dijatuhi hukuman mati,†ujar Wahyu Sediawan.
Dari situ, Prof Wahyu menyimpulkan jika riwayat Antoine laurent menunjukkan bahwa motivasi utama aktivitasnya pada science adalah ketertarikan, bukan yang lain. Karena bagaimanapun, Antoine laurent sudah kaya dan punya banyak profesi.
“Ini menjadi satu contoh, bahwa orang yang bekerja dengan motivasi ketertarikan bisa menghasilkan karya-karya yang sangat baik dan bermanfaat. Orang seyogyanya mencintai hal-hal perlu dikerjakannya, bukan memilih mengerjakan hal-hal yang dicintainya,†tambahnya.
Bidang garapan yang dikerjakan Lavoiser sangat beragam. Ini menunjukkan bahwa ia bersifat versatile dan bisa flexible dalam berkarya. Kemampuan ini dirasa sangat dibutuhkan untuk masa sekarang dan akan datang.
“Flexibilitas umumnya berbasis kemampuan penalaran dan imaginasi yang mantap, sehingga bisa diaplikasikan pada berbagai permasalahan. Pendidikan modern seyogyanya berorientasi pada pengembangan penalaran dan imajinasi (deep analysist) dan topik dimanfaatkan sebagai jembatan untuk pengembangan tersebut. Deep learning, bukan surface learning,†tukas Prof Wahyudi. (Humas UGM).