YOGYAKARTA – Fakultas Kedokteran (FK) UGM tetap berkomitmen untuk menjadi institusi pendidikan terkemuka yang bertaraf internasional, berkelas dunia (world class). Sejalan dengan itu, FK UGM tidak melupakan peran dan tugasnya untuk meningkatkan kualitas dan memenuhi kebutuhan dokter spesialis di masyarakat. Berdasarkan data dari Kemenkes, sebagian besar wilayah Indonesia masih belum mendapat pelayanan dokter spesialis yang memadai. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan dokter spesialis masih sangat diperlukan.
“Tahun 2010, FK UGM telah meluluskan 133 orang dokter spesialis sehingga jumlah total lulusan dokter spesialis sebanyak 2.051 orang yang tersebar di seluruh Indonesia dan sebagian di luar negeri,” kata Dekan FK UGM, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., saat menyampaikan Laporan Dekan FK UGM Tahun 2010, Jumat (4/3).
Meskipun program pendidikan dokter spesialis memerlukan waktu relatif lama dibandingkan dengan pendidikan maste, FK UGM telah mengembangkan program gelar ganda (M.Sc.-Sp.) untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah dan swasta. “Mengingat dinamika perkembangan keilmuan yang semakin pesat dan tantangan dari masyaraklat yang semakin kritis dan sadar akan hak-haknya, dokter spesialis dituntut untuk selalu membuat keputusan klinis berbasis bukti,” katanya.
Untuk mencapai visi untuk menjadi fakultas bertaraf world class, telah dilakukan benchmarking (pembandingan) terhadap kurikulum dan pengelolaan rotasi klinik ke berbegai negara. Selain itu, FK UGM juga melakukan kerja sama dengan berbagai institusi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kerja sama bertujuan untuk mendukung dan meningkatkan kualitas pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dengan melakukan berbagai inovasi dalam pendidikan profesi.
Benchmark bidang pendidikan dan penelitian telah dilakukan dengan berbagai institusi terkemuka di Eropa, seperti Netherland, Swedia, Austria, Perancis, Jerman, Australiam Jepang, dan beberapa negara Asia. Pada 2010, terdapat 53 kerja sama dengan institusi luar negeri, termasuk Amerika Serikat, Kanada, dan Timur Tengah. Dari kerja sama ini juga terbentuk program pertukaran mahasiswa. “Untuk pertukaran mahasiswa tahun 2010, jumlah peserta program elektif untuk prodi pendidikan dokter sebanyak 68 orang berasal dari Eropa dan Amerika Serikat,” tambah Ghufron.
Tenaga pendidik tetap FK UGM yang sudah bergelar doktor berjumlah 93 orang. Jumlah tenaga pendidik yang saat ini sedang mengambil pendidikan program S-3 sebanyak 96 orang. Dengan demikian, diharapkan dalam 2-3 tahun ke depan jumlah tenaga pendidik berderajat doktor mencapai lebih dari 50% dari total yang ada.
Di bidang penelitian, FK UGM telah melakukan perbaikan proses evaluasi dalam peningkatan jumlah, kualitas, dan besaran dana. Untuk meningkatkan jumlah penelitian, telah dibentuk bank proposal, revitalisasi pusat-pusat, pendampingan penyusunan proposal, dan diseminasi informasi sumber dana penelitian. “Secara keseluruhan, jumlah penelitian, termasuk penelitian mandiri tahun 2010 meningkat menjadi 333,” katanya.
Sementara itu, Dirjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, dr. Supriyantoro, Sp.P., M.A.R.S., dalam pidato dies menyoroti revitalisasi tata kelola gawat darurat terpadu dan bencana. Ia menuturkan untuk meningkatkan kemampuan rumah sakit dalam manajemen penaggulangan gawat darurat dan bencana, Kemenkes telah mengembangkan pelatihan Hospital Preparedness for Emergency and Disaster (HOPE) yang saat ini telah diikuti 802 manajemen rumah sakit. “Semua pimpinan RS dapat membuat dokumen perencanaan dalam penanggulangan bencana, baik di dalam dan di luar rumah sakit,” ujarnya.
Ia menambahkan kerja sama lintassektor Kementerian Kesehatan, BNPB, BMG, WHO, UNDP, kalangan akademisi dan swasta sangat penting untuk mengantisipasi dan melakukan latihan bersama mitigasi kejadian bencana alam. Yang tak kalah penting adalah penyediaan anggaran dari masing-masing pihak untuk penyelenggaraan pelatihan bersama serta dana kontigensi. (Humas UGM/Gusti Grehenson)