Menginjak usia ke-65 tahun, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM bertekad untuk menghasilkan lulusan yang berpikir kritis dan berwawasan budaya, serta mampu bersaing secara nasional dan internasional dengan berlandaskan pada akar budaya Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan strategis ini, sepanjang tahun 2010 telah dilakukan berbagai program kegiatan, meliputi lima program pokok.
Kelima program yang dimaksud ialah peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan sarjana dan pascasarjana, peningkatan kualitas dan relevansi penelitian serta pelayanan kepada masyarakat. Berikutnya, pengelolaan fakultas yang efisien dan produktif, penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung mutu universitas, dan kemandirian organisasi serta jaringan kerja sama. “Dalam pelaksanaannya, masing-masing program pokok dijabarkan kembali ke dalam program-program yang lebih kecil,” ucap Dr. Ida Rochani Adi di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri UGM, Kamis (3/3), saat menyampaikan Laporan Tahunan Dekan dalam puncak Dies ke-65 FIB UGM.
Dikatakan Ida bahwa dalam program peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, selain menjalani pengajaran melalui tatap muka, FIB mulai menerapkan model problem-based learning, case-based learning, collaborative learning, research-based learning (RBL), dan bimbingan intensif. “Bimbingan intensif ini dilakukan khususnya untuk penyusunan tugas akhir. Di samping tatap muka di kelas, kini sedang dirintis pendidikan dengan model e-learning. Dengan cara ini, perkuliahan dapat dilaksnakan dengan cara on line,” katanya.
Dalam program pengajaran berbasis internet ini, INCULS telah mengembangkannya untuk perangkat tes, yakni program Test of Indonesian as a Foreign Language (TIFL). Keberhasilan pengoptimalan program pendidikan ini berkat dukungan dari seluruh civitas akademika FIB UGM, meliputi tenaga pendidik dan kependidikan.
Terkait dengan pengelolaan fakultas yang efisien dan produktif, setidak-tidaknya telah dilaksanakan empat subprogram kegiatan, antara lain standardisasi manajemen akademik dan keuangan. Hasil standardisasi ini menunjukkan FIB UGM tidak mengalami kenaikan jumlah mahasiswa baru di luar perencanaan.
FIB UGM juga telah melaksanakan good governance dalam pengembangan kelembagaan. Untuk kegiatan ini, ada empat sasaran yang dikerjakan, yakni Audit Mutu Internal (AMI), perencanaan pengembangan prodi, pelayanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan, serta penyusunan perencanaan jangka panjang dan menengah. “Dari keempat sasaran ini, kegiatan pelayanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan dilakukan dengan merelokasi penataan ulang kantor administrasi dan perpustakaan dalam rangka efisiensi,” tambahnya. (Humas UGM/ Agung)