YOGYAKARTA- Perguruan tinggi (PT) di Inggris kembali mempertegas kerja sama dengan PT di Indonesia. Hal ini ditandai dengan adanya program dari British Council, yakni UK Higher Education Mission and Policy Dialog, 8-9 Maret 2011, di Jakarta dan beberapa kota lain di Indonesia. Dari sekitar 26 delegasi PT Inggris, dua delegasi menyempatkan diri berkunjung ke UGM untuk menyosialisasikan program mereka. Keduanya adalah Prof. Paul Webley (Director and Principal School of Oriental and African Studies, University of London) dan Prof. Alex Hughes (Pro vice-Chancellar University of Kent the Registry Carterbury UK).
Menurut Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) UGM, Dr.Eng. R. Rachmat A. Sriwijaya, S.T., M.T., dalam memasarkan 26 PT di Inggris, mereka menggandeng UI, ITB, dan UGM untuk mengundang PT lokal yang berada di sekitar lokasi masing-masing institusi. “Contohnya, UGM juga mengundang beberapa perguruan tinggi di DIY, Jateng, dan Jatim, seperti UII, Atmajaya, ISI, Undip, Sanata Dharma, Unair, hingga Udayana,” kata Rachmat, Rabu (9/3), di sela-sela presentasi kedua narasumber di Ruang Sidang LPPM. Acara dipandu oleh Sekretaris Eksekutif (SE) UGM, Drs. Djoko Moerdiyanto, M.A. Selain perwakilan PT, acara juga dihadiri oleh beberapa dekan di UGM.
Rachmat menuturkan kerja sama yang dimaksud, antara lain, terkait dengan research (penelitian) dan pengembangan studi lanjut bagi mahasiswa dan dosen. Bagi UGM, sebenarnya kerja sama telah dijalin dengan hampir semua perguruan tinggi di Inggris. Dengan demikian, kegiatan tersebut menjadi semacam pengenalan ulang minat kerja sama dengan UGM. “Alumni kita juga sudah banyak berasal dari Inggris. Jadi, memang tidak ada yang baru karena MoU sudah kita jalin dengan hampir semua PT di Inggris,” ujarnya.
Hanya saja, diakui Rachmat, masih dijumpai beberapa kendala dengan kerja sama, seperti exchange programme dan beasiswa. Selama ini, perguruan tinggi di Indonesia sudah banyak mengirimkan mahasiswa dan dosen ke Inggris. Namun sebaliknya, belum banyak yang dikirim dari perguruan tinggi Inggris ke Indonesia. “Kadang kita sulit mendapatkan Letter of Acceptance untuk pengurusan sekolah dan beasiswa,” pungkas Rachmat. (Humas UGM/Satria AN)