YOGYAKARTA – Sekitar 13 mahasiswa dan 41 dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berada di Jepang hingga saat ini dipastikan dalam kondisi aman pasca gempa dan tsunami yang melanda Jepang, Jumat (11/3) lalu. Belum ada laporan yang menyebutkan mereka menjadi korban. Meskipun demikian, Kantor Urusan Internasional (KUI) UGM terus berupaya menghubungi pihak keluarga, kedutaan, dan perguruan tinggi di Jepang untuk memastikan kondisi yang sebenarnya. “Sejauh ini dalam keadaan aman. Ada 13 mahasiswa dan 41 dosen UGM yang sedang belajar di Jepang,” kata Kepala Kantor Urusan Internasional UGM, Dr. Rahmat Sriwijaya, kepada wartawan, Senin (14/3).
Rahmat menambahkan pihaknya kini tengah mengumpulkan data melalui lembaga tingkat fakultas dan jurusan terkait dengan kondisi ke-54 mahasiswa dan dosen tersebut karena beberapa di antara mereka diketahui tinggal di daerah bencana. “Sampai saat ini kita masih koordinasi,” katanya.
Sehubungan dengan keberadaan 25 mahasiswa Jepang di UGM, menurut Rakhmat, pihaknya pada Senin sore (14/3) sudah menghubungi dan mengumpulkan mereka. Pengumpulan mahasiswa ini untuk memastikan keluarga mereka yang berada di Jepang. Selain itu, UGM akan membantu segala kebutuhan mahasiswa Jepang yang keluarganya menjadi korban. “Kita ingin memberi empati dan dukungan moral, sekaligus memastikan kondisi keluarga mereka yang menjadi korban,” imbuhnya.
Selama di UGM, para mahasiswa Jepang akan difasilitasi untuk dapat berkomunikasi dan berkoordinasi dengan keluarganya melalui Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. “Kita akan membantu kesulitan yang dihadapi dalam hal komunikasi dengan keluarganya dan koordinasi lewat pemerintah,” tutur Rahmat.
Ditambahkan Rahmat bahwa sebagian besar mahasiswa Jepang yang berada di UGM tengah mengikuti program pendidikan bahasa dan budaya Indonesia atau Indonesian Language and Culture Learning Service (Inculs) di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM. (Humas UGM/Gusti Grehenson)