YOGYAKARTA – Peneliti gempa dan tsunami dari LIPI, Prof. Dr. Hery Harjono, mengatakan masyarakat yang berada di selatan Pulau Jawa dan sebelah barat Sumatera untuk tetap waspada terhadap ancaman tsunami yang dapat datang sewaktu-waktu. Meskipun BMKG telah memiliki alat deteksi tsunami 5 menit setelah gempa, masyarakat yang tinggal di sekitar pantai perlu mencari lokasi evakuasi di dataran lebih tinggi apabila terjadi gempa yang cukup dahsyat.
“Potensi tsunami sangat besar sekali. Sebelumnya, kita sudah punya tsunami di Aceh dan Mentawai yang tahap rehabilitasinya belum selesai,” kata Hery usai mengisi Workshop Desiminasi Hasil Penelitian Lapangan Kolaborasi Ilmuwan Indonesia dan Jepang, yang dilaksanakan di Fakultas Geografi, 15-16 Maret 2011.
Berdasarkan data penelitian LIPI, diketahui bahwa sejarah tsunami di selatan Pulau Jawa cukup banyak. Namun, data tersebut belum terdokumentasi dengan baik. Beberapa daerah yang diketahui terkena tsunami, antara lain, adalah Cilacap, Pangandaran, dan Banyuwangi. “Di Pulau Jawa, sejarah tsunami sangat banyak, namun belum terdata kapan pernah terjadi. Kalau di Sumatera, datanya bisa diketahui dengan baik,” jelasnya.
Ancaman gempa dan tsunami, menurut Hery, dapat terjadi kapan saja karena Indonesia merupakan daerah pegunungan api dan pertemuan lempeng tektonik dunia. Oleh karena itu, masyarakat harus siap menghadapi ancaman tersebut dan tidak melupakan bencana gempa yang selama ini pernah terjadi. “Di Jepang saja tetap belajar terus. Gempa di Jepang sudah bisa diprediksi lokasinya. Namun, tetap saja kecolongan karena belum bisa menentukan besar skalanya,” ujarnya.
Ia menambahkan teknologi di Jepang bahkan sudah mampu mendeteksi tsunami 2 menit setelah terjadi gempa. Namun, kesiapan masyarakat merupakan hal sangat penting untuk mengurangi risiko jatuh korban. “Tempatnya terjadi gempa mereka sudah tahu, tapi besar skala richter-nya beda. Ini pelajaran buat kita,” tuturnya.
Prof. Masatomo Umitsu dari Nara University Jepang yang hadir menjadi narasumber dalam workshop tersebut mengatakan masyarakat Fukushima saat ini tengah berbenah dan melakukan recovery usai bencana gempa dan tsunami. “Mereka banyak dibantu oleh para kelurganya yang datang dari luar kota,” kisahnya.
Sehubungan dengan kondisi masyarakat pasca bocornya reaktor nuklir akibat tsunami, Umitsu mengakui tidak banyak mengetahui sejauh mana keadaannya karena dalam beberapa hari ini berada di Indonesia. Ia hanya mendapatkan informasi melalui televisi.
Ia mengatakan masyarakat Fukushima dan Jepang pada umumnya sudah disiapkan untuk menghadapi ancaman tsunami. Meskipun demikian, tingkat kerusakan yang ditimbulkan bencana kali ini tidak terprediksi karena besarnya gelombang tsunami. (Humas UGM/Gusti Grehenson)