• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • 16 Paguyuban Kepercayaan Kejawen Masih Eksis Di Yogyakarta

16 Paguyuban Kepercayaan Kejawen Masih Eksis Di Yogyakarta

  • 17 Maret 2011, 12:30 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 21183
16 Paguyuban Kepercayaan Kejawen Masih Eksis Di Yogyakarta

YOGYAKARTA – DIY memiliki banyak paguyuban kebatinan. Sedikitnya, 16 paguyuban penghayatan kejawen di Yogyakarta masih menjalankan nilai-nilai kejawen, seperti mengucapkan mantra, semedi, larungan, dan sesaji. Salah satu di antaranya adalah Paguyuban Sumarah Purbo, Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu, Tris Soka, dan Sapta Darma.

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa alasan para pengikut kepercayaan kejawen masih mempertahankan keyakinannya karena ingin mengaktualisasikan budi luhur dan budi pekerti untuk menjadi ‘manusia utama’ guna mencapai ketenteraman hidup. Langkah yang ditempuh adalah dengan cara membangun ruang dan suasana hidup kebatinan jawa, meyakini dan mempertahankan pandangan hidup kejawen sebagai pedoman aktualisasi budi luhur.

"Budi luhur dipahami sebagai budaya ideal dan budi pekerti sebagai pedoman pekerti yang dipertahankan dan dikreasi menjadi doktrin," kata Drs. Suwardi, M.Hum. dalam ujian promosi untuk memperoleh gelar doktor di Fakultas Ilmu Budaya UGM, Kamis (17/3).

Suwardi yang kini menjadi staf pengajar Pendidikan Bahasa Jawa, Universitas Negeri Yogyakarta, ini mengatakan sebagian para pengikut kejawen ini mempertahankan budi luhur dan budi pekerti meskipun telah memeluk agama tertentu. Namun, ada juga para penghayat kejawen yang tetap enggan memeluk agama. "Mereka merasa damai, nyaman, dan tidak gelisah mengikuti kepercayaan kejawen ini," kata pria kelahiran Kulon Progo, Yogyakarta, 1964.

Dalam paguyuban kejawen, budi luhur dianggap lebih sakti untuk melawan kegelisahan batin, agamaisasi, dan menjanjikan keselamatan kosmologis hingga kelak dapat meraih manunggaling kawula-Gusti. Dalam hidup bermasyarakat, hal itu diaktualisasikan dengan sikap toleransi, tepa selira, ikhlas, dan mengedepankan watak moral sepi ing pamrih.

Suwardi menyampaikan gerakan penghayat kepercayaan memang bukan aliran sesat melainkan sebuah tradisi budaya yang luhur, yang dapat dijadikan teladan dalam kehidupan bermasyarakat. "Ini adalah gerakan budaya spiritual, mau dinamakan agama atau bukan, itu terserah yang memberikan atribut. Yang jelas, mereka bukan ateis, tidak menyembah kayu watu, melainkan menyembah Tuhan," katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Model Eksis Efektif Tingkatkan Pengetahuan Kesehatan Seksual Pada Remaja Disabilitas Intelektual

    Wednesday,31 August 2022 - 13:32
  • Melestarikan Budaya Daerah Melalui Gladhen Jemparingan 2019

    Monday,28 October 2019 - 16:07
  • Gubernur Jateng dan UGM meresmikan Monumen Memorial di Magelang

    Sunday,15 April 2007 - 10:52
  • Ruwatan Dipercaya sebagai Sarana Komunikasi yang Produktif

    Friday,17 July 2009 - 13:20
  • Nilai-nilai Budaya dalam Tradisi Macanan Komunitas HPK Cilacap

    Wednesday,21 June 2017 - 8:49

Rilis Berita

  • Tim Calon Pemborong Juara 3 National Tender Competition The 20th CENS Universitas Indonesia 2022 29 March 2023
    Tim Calon Pemborong yang digawangi tiga mahasiswa UGM berhasil meraih juara 3 National Tender Com
    Agung
  • Pengamat Sosial UGM: Validasi DTKS Perlu Dilakukan Agar Penyaluran Bansos Tepat Sasaran 29 March 2023
    Pemerintah akan menyalurkan sejumlah bantuan sosial (bansos) bagi warga kurang mampu di bulan ram
    Ika
  • UGM Bangun Kolaborasi Riset Internasional 29 March 2023
    Beberapa perguruan tinggi di Indonesia seperti UGM, UI, ITB, IPB, ITS dan Universitas Airlangga t
    Gusti
  • Pengamat UGM: Penting, Energi Murah dan Topang Ekonomi Berkelanjutan 29 March 2023
    Dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, Presiden Joko Wid
    Agung
  • UGM Rintis Pembentukan Unit Layanan Disabilitas 29 March 2023
    UGM merintis pembentukan Unit Layanan Disabilitas (ULD) untuk memberikan layanan dan fasilitasi b
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual