Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikai (TIK) dalam pemenuhan kebutuhan layanan ekonomi telah mengubah pola pergerakan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pengurangan jarak, waktu, biaya, frekuensi, dan perubahan arah pergerakan.
Menurut Rini Rachmawati, S.Si., M.T. perubahan pola pergerakan disebabkan oleh sebagian pemanfaatan layanan ekonomi perbankan konvensional (bank) tersubstitusi oleh pemanfaatan anjungan tunai mandiri (ATM) dan e-banking. “Sehingga melalui ATM menjadikan sebagian menempuh jarak lebih pendek, bahkan melalui layanan e-banking terlihat nol sebab mereka tanpa melakukan pergerakan sama sekali,” tuturnya di Fakultas Geografi UGM, Sabtu (19/3), saat melaksanakan ujian terbuka program doktor bidang Ilmu Geografi.
Perubahan pola pergerakan ini, menurut Rini, terjadi pula pada pemanfaatan TIK dalam bidang retail terkait dengan kegiatan belanja. Dengan memanfaatkan TIK, e-shopping, untuk kegiatan pembelian/pemesanan barang, banyak orang tidak perlu lagi melakukan pergerakan fisik dalam mengakses layanan retail, seperti toko, supermarket, dan mall. “Dengan demikian, keberadaan layanan e-banking dan e-shopping telah mengurangi frekuensi pergerakan. Hal ini bisa dilihat dari berkurangnya pergerakan menuju bank dan retail,” kata dosen Program Studi Pembangunan Wilayah, Jurusan Sain Informasi Geografi dan Pengembangan Wilayah, Fakultas Geografi UGM ini.
Rini menilai terjadinya reduksi waktu pergerakan disebabkan oleh adanya pengurangan jarak pergerakan, demikian pula untuk biaya. Meski begitu, faktor pengurangan biaya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan alasan efisiensi dan keamanan perjalanan. Arah pergerakan pun tidak lagi selalu tertuju pada layanan ekonomi perbankan konvensional di pusat atau dalam kota. “Sebagian telah tergantikan dengan layanan perbankan berbasis TIK dengan berorientasi pada lokasi-lokasi terdekat dengan tempat tinggal atau tempat bekerja,” jelas perempuan kelahiran Purworejo, 15 Desember 1969 ini.
Dalam disertasi “Perubahan Pola Spasial Pergerakan Penduduk dan Lokasi Pelayanan Ekonomi yang Tersubstitusi oleh Teknologi Informasi dan Komunikasi (Studi Kasus Perkotaan Yogyakarta)”, Rini Rachmawati mengungkapkan desentralisasi layanan ekonomi perbankan melalui layanan ATM jauh lebih tampak daripada retail. Layanan retail ini lebih menunjuk pada fenomena urban sprawl, yakni bertumbuhnya kota yang meluap keluar dari pinggiran kota. Sprawl ini ditunjukkan dengan hadirnya tempat belanja mall dan tempat bisnis mirip di pusat kota. “Di perkotaan Yogyakarta, berkembangnya retail di pinggiran kota lebih mengikuti perkembangan permukiman di daerah tersebut,” jelas Rini di hadapan tim penguji.
Dari hasil penelitiannya, Rini menandaskan bidang teknologi informasi dan komunikasi sudah saatnya menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi, baik perkantoran, tempat usaha, maupun tempat tinggal. Bagaimanapun, bidang TIK ini di masa depan akan berkembang pesat sehingga pemanfaatannya memberikan kecenderungan semakin menguatnya desentralisasi lokasi. “Sehingga lokasi layanan ekonomi dan layanan sosial tidak harus di pusat kota, namun dapat dipinggiran kota karena adanya layanan berbasis TIK. Dengan demikian, pergerakan penduduk tidak selalu harus menuju ke pusat kota, namun dapat mengakses dari berbagai lokasi dengan dukungan TIK,” tuturnya. (Humas UGM/ Agung)