YOGYAKARTA – Koperasi Serba Usaha Dosen Universitas Gadjah Mada (Kosudgama), yang tahun 2010 lalu dinobatkan sebagai koperasi berprestasi nasional oleh Kemenkop dan UKM RI untuk kategori kelompok konsumen dan koperasi berprestasi peringkat pertama di Provinsi DIY untuk kategori kelompok jasa, kembali menyelenggarakan Rapat Anggota Tahunan ke-29 di Grha Sabha Pramana, Sabtu (19/3).
Koperasi yang telah berdiri pada 25 Januari 1982 ini memiliki 8.726 anggota, terdiri atas 1.666 anggota biasa dan 7.060 anggota luar biasa, berhasil meraih pendapatan 6,27 miliar rupiah selama tahun 2010. Pendapatan ini naik sebesar 111,89 persen daripada tahun 2009 sebesar 5,6 miliar rupiah. Sementara itu, biaya usaha tahun 2010 mencapai 3,05 miliar rupiah, secara total turun 93,57% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian, sisa hasil usaha (SHU) Kosudgama mengalami peningkatan 137,29% dibandingkan tahun 2009. “Sisa hasil usaha (SHU) mengalamai peningkatan 137,29% dibandingkan dengan tahun 2009. Tahun 2010 kita berhasil membukukan SHU sebesar 3,2 miliar,†kata Ketua Kosudgama, Prof. Dr. Bambang Rusdiarso, dalam penyampaian Laporan Tahunan Kosudgama tahun 2010.
Bambang Rusdiarso mengatakan sebagian besar aktivitas Kosudgama masih didominasi oleh kegiatan unit simpan pinjam. Selain unit tersebut, Kosudgama juga memiliki usaha di unit niaga, apotek, jasa travel, dokumen, dan kantor pusat. Khusus kegiatan simpan pinjam, selama 2010 pencairan kredit uang meningkat menjadi 3.9 miliar rupiah. Sebelumnya, selama tahun 2009 kredit yang dicairkan mencapai 48,3 miliar rupiah dan pada 2010 meningkat menjadi 52,2 miliar. “Pendapatan dari jasa pinjaman uang ini mencapai 792 juta,†katanya.
Jumlah piutang tidak produktif di Kosudgama diketahui angkanya cukup kecil. Apabila standar yang biasa digunakan perbankan untuk mengukur jumlah piutang tidak produktif (Non Performing Loan -NPL-) adalah sebesar 5%, NPL Kosudgama untuk tahun 2010 mencapai 1,19%, turun 0,20% dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai 1,39%. “Jumlah kredit macet kita hanya 19,7 juta rupiah dibandingkan pinjaman kredit kita yang mencapai 85 miliar rupiah,†kata Bambang Rusdiarso. (Humas UGM/Gusti Grehenson)