YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada (UGM) dan PT BRI (Persero) Tbk. menjalin kerja sama dalam bidang pemanfaatan pelayanan produk, jasa, dan instrumen perbankan, serta pendidikan. Penandatangan naskah kerja sama dilakukan oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., dan Direktur Jaringan dan Layanan BRI, Suprajarto, Rabu (23/3).
Salah satu bentuk kerja sama telah diwujudkan berupa pembangunan kandang koloni sapi bagi peternak korban erupsi Merapi di Dusun Sabrang Wetan, Desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman.
Suprajarto mengatakan penandatanganan nota kesepahaman ini sesungguhnya telah lama ditunggu oleh BRI. Hal tersebut merupakan langkah awal dalam membangun kerja sama kemitraan yang lebih erat. “Selain kerja sama dalam layanan aktivitas perbankan, kita juga kerja sama untuk CSR dalam bantuan pembuatan kandang sapi bagi peternak sapi yang kena musibah bencana Merapi,†kata Suprajarto.
Pembangunan kandang sapi untuk peternak yang tergabung dalam Koperasi Sarono Makmur ini sebagai bentuk program BRI dalam membantu masyarakat yang terkena bencana. Hal itu sesuai dengan komitmen BRI untuk terus membantu rakyat kecil. “BRI didirikan untuk rakyat kecil. Hampir 80 persen kredit kita diperuntukkan untuk UMKM,†katanya.
Menurutnya, kredit untuk UMKM yang dikucurkan BRI hampir di seluruh pelosok pedesaan tersebut diharapkan mampu menggerakkan sektor riil. Selain pengucuran kredit, ia mengatakan BRI kini memiliki 7.000 fasilitas electronic channel atau e-channel di seluruh Indonesia. “Semuanya sudah on line. Akhir tahun ini, kita targetkan menjadi 10 ribu e-channel,†katanya.
Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., menyambut baik terlaksananya kerja sama dengan BRI. Menurutnya, kedua pihak memiliki orientasi yang sama untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakat. “Saya kira kerja sama ini sangat baik untuk mencapai kesejahteraan yang merata di masyarakat,†tuturnya.
Rektor menginformasikan saat ini rata-rata pendapatan per kapita masyarakat Indonesia baru mencapai 3.000 USD per tahun. Dengan potensi yang ada, sebenarnya pendapatan per kapita dapat ditingkatkan menjadi lebih besar lagi menjadi 7.000-10.000 USD. Namun, untuk mewujudkan hal itu tidak mudah karena semua tergantung tingkat pendidikan dan pekerjaan. “Sepenuhnya menjadi tanggung jawab institusi pendidikan,†katanya.
Selain itu, Rektor juga mengkritisi nilai tambah dari produk sumber daya alam yang ada saat ini lebih banyak dimanfaatkan oleh negara lain. Padahal, nilai tambah tersebut sangat penting untuk menguasai jaringan pasar perdagangan dunia. “Apabila setiap kabupaten mampu menguasai jaringan perdagangan pasar dunia, maka masyarakat kita akan lebih sejahtera,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)