Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Prof Dr Meutia Hatta Swasono mengatakan, ke depan perempuan harus mempunyai penghasilan sendiri, sehingga tidak terlalu memberatkan beban suami. Dengan demikian bila terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), sementara suami berurusan dengan hukum masih bisa survive lepas dari ketergantungan.
Demikian yang disampaikan Meutia Hatta dalam dialog usai menjadi pembicara kunci dalam seminar nasional ‘Kebangkitan Perempuan Berbasis Kearifan Lokal’, Jumat sore (30/5) di Hotel Inna Garuda.
Menurut Meneg Pemberdayaan Perempuan RI, saatnya para perempuan meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup dalam upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan bagi kaum perempuan dan laki-laki.
“Sudah saatnya memberikan andil dan solusi terbaik untuk membangun negara Indonesia yang baik dan berkualitas, termasuk peningkatan kualitas SDM dengan tidak mengabaikan aspek keadilan dan kesetaraan gender,†katanya.
Salah satu komponen penting yang perlu dijadikan kelompok sasaran, untuk mewujudkan Indonesia ke depan yang lebih baik adalah kelompok perempuan. Menurutnya, perempuan dapat menjadi sasaran utama sekaligus sasaran antara untuk memberdayakan masyarakat. Terobosan yang bisa dilakukan dengan meningkatkan pembangunan manusia dengan menanamkan wawasan kebangsaan, melalui penghargaan dan pelestarian pada budaya lokal.
“Bangsa yang besar sangat perlu melestarikan budanya termasuk adat istiadat. Hal ini merupakan modal berharga bagi upaya pemantapan ketahanan mental spiritual dalam menghadapi pengaruh negatif yang dibawa oleh arus globalisasi yang terjadi saat ini. Apabila tidak diwaspadai bukan tidak mungkin akan dapat menimbulkan erosi terhadap ciri khas budaya bangsa dan kearifan lokal,†ujar Prof Meutia Hatta.
Peran perempuan dalam penggunaan kosmetika secara tradisional telah berperan penting dalam menggunakan ramuan-ramuan dari berbagai jenis tanaman dan hewan sebagai obat. Peran perempuan dalam mempertahankan sumber obat-obtan juga sangat besar, yaitu dengan menanam tanaman obat di pekarangan rumah.
Seminar tersebut rangkaian memperingati ‘100 Tahun Kebangkitan Perempuan Indonesia’ yang digelar Pusat Studi Wanita (PSW) UGM selama dua hari, 30-31 Mei 2008. Menurut Ketua PSW-UGM Dr Siti Hariti Sastriyani seminar mengundang peserta dari perwakilan atau organisasi perempuan berbagai daerah dan menghadirkan pembicara praktisi dan pakar.
Seminar hari kedua, Sabtu (31/5) menghadirkan pembicara Nurul Arifin MSi (artis) akan berbicara masalah kebangkitan perempuan Indonesia dalam bidang seni budaya. Dra Hj Latifah Iskandar berbicara soal kebangkitan perempuan Indonesia dalam bidang seni budaya. Pembicara lainnya Drs Aulia Reza Bastian MHum dan Prof Dr Syafri Sairin MA. (Humas UGM)