YOGYAKARTA –Wakil Direktur Urban Research Plaza, Dept. of Geography, Osaka City University, Jepang, Toshio Mizuuchi, mengatakan bencana gempa dan tsunami yang melanda Sendai telah menghancurkan rumah penduduk hingga rusak parah. Ribuan orang kini mengungsi dan ditampung di beberapa rumah sementara dan apartemen murah di kota sekitarnya. “Kami memutuskan untuk membuka kamar dan rumah untuk para pengungsi dan penyediaan perumahan lain yang kita miliki,†kata Mizuuchi dalam Seminar Urban Research Plaza (URP) di Sekolah Pascasarjana UGM kemarin. Seminar merupakan hasil kerja sama UGM, Osaka University, dan ISI Yogyakarta.
Sebelumnya, menurut Mizuuchi, pihaknya telah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk membantu pengiriman bahan makanan, pakaian, dan selimut guna memenuhi kebutuhan para pengungsi. “Kita mengirim 11 ton tiap malam lewat truk yang dikirim ke Kota Sendai,†tuturnya.
Selanjutnya, pihaknya akan membantu tahap recovery dan rehabilitasi untuk memberi dukungan langsung bagi masyarakat setempat yang bangunannya rusak. Hal itu dilakukan meski saat ini berbagai bantuan dari lembaga internasional dan NGO di Jepang telah mengalir. “Kita sekarang berpikir tahap kedua dalam memberikan tindakan bantuan sebagai dukungan langsung untuk daerah yang rusak parah terkena tsunami,†katanya.
Khusus bagi para pengungsi yang kehilangan rumah, pihaknya memberikan perhatian serius. Selain menyediakan tempat tinggal untuk menetap sementara, juga memberikan layanan konsultasi. “Khusus bagi para pengungsi yang kehilangan rumah,†tambahnya.
Mizuuchi terus mengimbau kepada masyarakat untuk menampung dan menerima keluarga pengungsi yang sudah tidak memiliki tempat tinggal. Selanjutnya, segera dibangun fasilitas hunian sementara. “Banyak anggota kita yang membangun rumah sementara dan berusaha memfasilitasi dukungan finansial melalui kebijakan kesejahteraan nasional dengan bekerja sama dengan kementerian terkait,†katanya.
Bantuan dan dukungan internasional, menurutnya, sangat penting untuk memulihkan segera kondisi Sendai yang luluh lantak dilanda bencana tsunami. (Humas UGM/Gusti Grehenson)