YOGYAKARTA-Dermatologi tropis merupakan ilmu kedokteran yang khusus mempelajari penyakit-penyakit kulit yang ada dan berasal dari daerah tropis. Penyakit ini tidak hanya ditemukan di negara tropis tetapi juga di negara maju oleh karena globalisasi dan mobilitas penduduk. Sementara itu sebagian besar penyakit kulit tropis merupakan penyakit infeksi, sebagian juga penyakit-penyakit alergi karena pengaruh iklim dan lingkungan.
Pakar kesehatan kulit Fakultas Kedokteran (FK) UGM Prof. Dr. dr. Hardyanto Soebono, Sp.KK(K). menjelaskan Indonesia merupakan negara tropis besar yang memiliki diversitas yang luar biasa, baik dari segi demografi, ekonomi, maupun lingkungan. Dengan demikian, gambaran penyakit kulit juga bervariasi. Di sisi lain negeri Belanda merupakan negara maju dan terbuka sehingga banyak imigran dari negara manapun ke negri tersebut.
“Oleh karena itu banyak penyakit tropis termasuk penyakit kulit yang juga dibawa para migran yang kemudian menjadi penyakit impor,”papar Hardyanto, Senin (4/4) di FK UGM.
Atas dasar itulah menurut Hardyanto diperlukan pengetahuan dan pengalaman lebih jauh untuk mengenal, mendiagnosis dan mengobati penyakit kulit tropis (dermatologi tropis) yang melibatkan dua pihak. Kegiatan akan diwujudkan dalam bentuk seminar maupun workshop dengan melibatkan pakar dermatologi Indonesia dan Belanda.
“Kurang lebih ada 18 pakar kulit dari Indonesia dan 18 pakar dari Belanda akan hadir selama tiga hari, 7-9 April di Yogyakarta,”imbuh Hardyanto yang juga menjabat sebagai Ketua Panitia kegiatan.
Dalam pertemuan pakar dermatologi ini dijadwalkan akan hadir 36 orang pakar dari kedua negara. Sementara jumlah peserta, papar Hardyanto, mecapai lebih dari 250 peserta.
Ia mencontohkan beberapa penyakit kulit tropis yang masih sering dijumpai, seperti scabies eksim, jamur, jerawat, infeksi bakteri hingga lepra. Khusus lepra beberapa wilayah di tanah air juga masih tinggi jumlah penderitanya seperti Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Papua dan Maluku. Diakui Hardyanto, saat ini juga terjadi perubahan kasus kelainan kulit yang dulu didominasi kasus infeksi berubah ke kasus yang disebabkan kosmetik dan sejenisnya. Sedangkan faktor kebersihan lingkungan sejauh ini masih mendominasi terjadinya berbagai kasus penyakit kulit yang terjadi tersebut.
“Dulu memang pernah ada survei 46% penduduk mengalami kelainan kulit seperti jerawat. Tapi trennya memang berubah saat ini dari penyakit kulit yang disebabkan penggunaan kosmetik dll,” kata Hardyanto (Humas UGM/Satria AN)