YOGYAKARTA – Rektor Universitas Paamadina Dr. Anies Rasyid Baswedan mengkritisi fenomena defisit integritas dan kesederhaanan para pemimpin bangsa dalam beberapa dekade tahun terakhir. Menurutnya perilaku yang ditunjukkan para pemimpin jelas sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh para pendiri republik yang tetap memiliki kompetensi, kedekatan dengan rakyat dan tidak memiliki self interest hingga akhir hayatnya.
“Para pendiri republik adalah ‘orang yang sudah selesai’, mereka tidak menggunakan republik untuk memperkaya dirinya sendiri. Mereka memiliki kompetensi, kedekatan dengan rakyat dan minim self interest,†kata Anies Baswedan dalam Seminar nasional mengenang 25 tahun wafatnya A.R Baswedan, Rabu (6/4). Hasil kerjasama Yayasan Nabil dan Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM.
Menurut pandangan Anies, defisit integritas dan kesederhanaan terjadi pada level para pimpinan baik pusat dan daerah. “Lihat ke puncak, intergritas tidak ada. Lihat ke bawah, tambah kacau. Kesederhanaan dan integritas semakin defisit,†ujarnya.
Anies menilai, seharusnya para pemimpin dan calon pemimpin saat ini perlu mencontoh keteladanan dari sosok para pendiri bangsa yang masih mengedepankan kederhanaan dan tidak melakukan perilaku koruptif. Salah satunya yang ditunjukkan almarhum kakeknya, AR. Baswedan setelah pensiun dari menteri di era kabinet Syahrir.
“Setelah pensiun, beliau itu tidak punya telpon dan mobil. Kalo mau telpon pinjam tetangga. Saya bertugas mengantar beliau ke mana-mana, bertemu para tokoh hingga ambil pensiun, setiap terima pensiun, saya diberi persenan, lumayan besar waktu itu,†kenangnya.
Yang menarik kata Anies, saat kakeknya pensiun dan menetap di Yogyakarta tiba-tiba diundang wakil presiden Adam Malik untuk bertemu di Gedung Agung. Mengendarai motor vespa satu-satunya yang dimiliki sang kakek, Anies mengantarkan kakeknya ke istana. Usai bertemu Adam Malik, A.R Baswedan lalu pamit dan diantar Adam Malik hingga pintu keluar. Adam Malik menggira, Baswedan dijemput menggunakan mobil. Dia pun buru-buru meminta petugas istana untuk menyingkirkan mobil RI 2. Adam malik keliru, Baswedan hanya meluncur keluar dengan berjalan kaki meninggalkan istana. Melihat hal itu, Adam Malik terenyuh, ternyata seorang pensiunan menteri tetap hidup dalam suasana kesederhanaan. “Beberapa bulan kemudian, sebuah mobil dari Adam Malik yang dikirim ke rumah kakek saya,†ujar Anies.
Anis Baswedan yang merupakan cucu dari almarhum AR Baswedan yang dalam seminar tersebut didaulat memberikan sambutan mewakili keluarga besarnya. Alumnus FEB UGM ini menyampaikan, mewakili keluarga dirinya menyampaikan apresiasi kepada Yayasan Nabil dan jurusan Sejarah UGM yang mendiskusikan kembali kiprah kakeknya. “Kami sebagai keluarga menyampaikan apresiasi,†katanya.
Ketua jurusan Sejarah FIB UGM, Drs. Ahmad Adaby Darban mengatakan sosok AR Baswedan merupakan peranakan arab yang memilki integritas tinggi dalam mewujudkan kemerdekaan. “Meski orang arab, dia mempertegas kalo dirinya sebagai orang Indonesia,†katanya.
Adaby menambahkan, semasa hidupnya Baswedan pandai bergaul dan sangat luwes. Rekan dan sahabatnya berbagai golongan dan agama. Di era penjajahan, dia berjuang lewat media jurnalistik, menyampaikan ide dan kritik terhadap pemerinta hindia belanda. Namun setelah kemerdekaan, Indonesia tengah mencari dukungan dari Negara di luar negeri tentang kemerdekaan Indonesia, almarhum Baswedan termasuk dalam tim dibawah koordinator Agus Salim yang berjuang memperoleh dukungan tersebut dari Mesir dan Arab.
“Inilah hubungan diplomatik pertama yang dilakukan indonesia. Surat pengakuan itu, ditaruh Baswedan di kaos kaki untuk menghindari ketatnya pemeriksaan pemerintah Hindia Belanda. Surat itu lalu diserahkan Baswedan ke Soekarno di istana gedung agung. Soekarno sumringah bahwa misi diplomatik pertama berhasil dilakukan,†katanya.
Atas perjuangan dan dedikasinya kepada bangsa dan Negara, kata Adaby, sudah selayaknya Baswedan diangkat sebagai pahlawan nasional. (Humas UGM/Gusti Grehenson)