Akibat tingginya populasi, serangan ulat bulu di Kabupaten Probolinggo semakin memprihatinkan. Tidak saja menyerang daun mangga di Kecamatan Bantaran, Leces, Sumberasih dan Kecamatan Tegalsiwalan, namun serangan memasuki rumah-rumah penduduk. “Daun mangga varietas Manalagi di daerah ini habis daunnya, tinggal ranting dan batang,” ujar Suputa, SP., M.P di ruang Stana Parahita, Kamis (7/4) saat menanggapi serangan ulat bulu di Probolinggo.
Dari pengamatan Supata di lapangan, ulat bulu ini lebih memilih menyerang daun mangga manalagi dibanding varietas pohon mangga lain. Dalam penilaiannya pemilihan inang ulat bulu ini dilakukan oleh ulat bulu dewasa saat meletakkan telur. “Ulat bulu bukan termasuk kupu-kupu tetapi bangsa ngengat. Diduga ngengat ulat bulu inilah yang meletakkan telur pada celah kulit pohon mangga atau di bawah daun,” katanya saat menjelaskan pada wartawan yang tergabung dalam Fortakgama.
Suputa mengatakan serangan ulat bulu ini bukanlah fenomena baru, sebab sebelumnya pernah terjadi serangan serupa, seperti kutu loncat lamtoro. Bahkan pernah terjadi tanaman lombok se-Jawa yang layu menguning. Terdapat dua spesies ulat bulu yang menyerang daun mangga di Probolinggo, yaitu arctornis sp. dan Lymantria atemeles Collenette. Ulat bulu ini bersifat nocturnal yaitu ulat yang aktif di malam hari.
“Sehingga tak heran bila di malam hari seringkali terdengar seperti suara hujan, padahal saat itu sesungguhnya ulat-ulat sedang memakan daun-daun mangga,” jelasnya.
Meningkatnya populasi ulat ini, menurut Suputa disebabkan semakin berkurangnya musuh alami, seperti burung, parasitoid dan predator lain. Disamping itu, terjadinya perubahan iklim, terutama temperatur lingkungan turut mempengaruhi populasi ulat ini. “Jadi ketika temperatur naik, maka ulat bulu ini cepat siklus hidupnya,” paparnya.
Apabila serangan ulat ini terus dibiarkan maka akan banyak pihak mengalami kerugian. Disamping ketakutan juga kerugian secara ekonomi. Oleh karena itu pengendalian terhadap populasi ulat menjadi langkah yang harus segera dilakukan. Terlebih kemampuan produksi telur ulat betina ini mencapai 70-300 butir per betina. “Karenanya pengendalian hama terpadu dengan pendayagunaan musuh alami, burung, parasitoid, perangkap lampu UV dan penggunaan perangkap feromon seks perlu dilakukan,” paparnya. (Humas UGM/ Agung)