YOGYAKARTA-Keprihatinan dan solidaritas terhadap korban gempa bumi dan tsunami di Jepang yang terjadi pada 11 Maret lalu terus mengalir. Kali ini, rasa keprihatinan dan solidaritas disampaikan oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) UGM bekerja sama dengan Pusat Studi Jepang (PSJ). Acara yang mengangkat tema “Meneladani Semangat Kartini untuk Lebih Peduli dan Berbagi” ini dilaksanakan di University Club (UC) UGM.
Acara memang dirancang khusus dengan menggandeng PSJ sebagai bentuk solidaritas dan keprihatinan bagi para korban gempa dan tsunami. “Acara ini memang dirancang bersama PSJ sebagai bentuk solidaritas dan keprihatinan terhadap para korban gempa dan tsunami,” kata Ketua DWP UGM, Ny. Sudjarwadi, dalam sambutannya, Selasa (12/4).
Lebih lanjut disampaikan bahwa selama ini hubungan UGM dan Jepang terjalin cukup bagus. Ia mencontohkan dalam tragedi gempa bumi dan tsunami di DIY-Jateng dan Aceh, Jepang tidak ketinggalan memberikan ucapan duka cita. Belum lama lalu, UGM menerima kunjungan 15 wanita penari dari Jepang yang tergabung dalam Sapporo Meeting of International Friendship, Jepang. Sebenarnya, jika tidak terjadi bencana gempa dan tsunami ini, DWP UGM akan melakukan kunjungan balasan ke Sapporo. Namun, rencana tersebut dibatalkan karena kejadian yang menelan ribuan korban jiwa ini. “Tidak banyak yang bisa kita lakukan untuk mereka selain melalui kegiatan ini,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Studi Jepang (PSJ) UGM, Ir. Irfan Dwidya Prijambada, M.Eng., Ph.D., mengatakan video acara tersebut direncanakan akan dikirim kepada masyarakat Jepang, terutama di daerah Miyagi, Sendai, hingga Ibaraki, yang cukup parah terkena dampak bencana. Video itu setidaknya dapat menunjukkan rasa solidaritas dan keprihatinan yang mendalam masyarakat Indonesia kepada para korban gempa dan tsunami Jepang. “Bukan hanya bentuk materi yang diperlukan, tapi dorongan semangat untuk bangkit. Ganbare Nippon bagi mereka sangat diperlukan. Salah satunya kita lakukan dengan mengirimkan video acara ini ke Jepang, baik melalui pemerintah maupun Sapporo Meeting of International Friendship,” jelas Irfan.
Di tempat yang sama, beberapa alumni dari universitas Jepang juga hadir dalam kesempatan tersebut. Dr. Ali Awaludin, ST, M.Eng., lulusan Universitas Hokaido, Dr. Woro Anindito Sri Tunjung, lulusan Universitas Tohoku, dan Ir. Ikaputra, M.Eng, Ph.D., lulusan Osaka University, misalnya, juga hadir dalam acara itu. Saat ini, tercatat sekitar 165 dosen S-2 dan S-3 UGM merupakan lulusan dari berbagai universitas di Jepang.
Menurut Ali, Indonesia dan Jepang memang memiliki kedekatan, termasuk di bidang pariwisata. Turis Jepang, misalnya, selalu memilih Bali sebagai salah satu tujuan wisata di samping beberapa obyjek wisata lain, seperti Hawai dan Kyushu. Ia yakin masyarakat Jepang yang tengah dirundung musibah akan terhibur dengan kiriman video tersebut. “Dengan kiriman video tersebut, masyarakat Jepang di sana akan semakin terhibur dan punya semangat lagi,” kata Ali.
Senada dengan itu, Woro Anindito juga menambahkan hingga kini masih selalu berhubungan dan memantau teman-temannya yang masih studi di Jepang. Rasa trauma masih dirasakan oleh mahasiswa Indonesia di Jepang karena gempa susulan masih saja terjadi. “Melalui Persatuan Pelajar Indonesia yang ada di Jepang, kita terus pantau. Rasa trauma masih dijumpai mengingat gempa susulan masih terjadi sampai kemarin,” ujar Woro.
Dalam acara tersebut disajikan beberapa penampilan beberapa tarian dari Indonesia, seperti Golek Ayun-ayun yang dibawakan ibu-ibu anggota DWP, sajian lagu Bunga Sakura, Indonesia Pusaka, Apuse, Ampar-ampar Pisang, dan Sukiyaki. Dalam kesempatan itu, Ny. Sudjarwadi juga berkesempatan membawakan lagu Bengawan Solo. Acara juga di-setting dalam suasana di Jepang, seperti adanya pohon-pohon bambu yang biasa ada dalam perayaan/festival Tanabata. Di samping itu, ada pula ratusan burung bangau (Tsuru) yang dipajang di pintu masuk dan pojok-pojok ruangan. Keberadaan Tsuru yang jumlahnya mencapai 1.000 tersebut merupakan simbol agar doa yang dipanjatkan diterima Tuhan. Para peserta juga sempat berlatih langsung tentang seni melipat kertas khas Jepang, origami. (Humas UGM/Satria AN)