YOGYAKARTA – Keselamatan masyarakat yang tinggal di sekitar lereng Gunung Merapi menjadi fokus kemitraan baru yang terbentuk antara Australia dan Universitas Gadjah Mada. Untuk kegiatan ini, UGM menerima 1,2 juta dollar Australia dari lembaga Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) untuk membantu program peningkatan kesiapsiagaan masyarakat terhadap risiko bencana dan mendukung program rehabilitasi dan rekonstruksi.
“Gunung merapi merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia, karena itu kita perlu memastikan keselamatan warga yang menetap di kawasan tersebut,†ujar Direktur AIFDR Dr. Matt Hayne usai penandatangan MoU dengan Wakil Rektor Senior Bidang Administrasi Keuangan dan Sumberdaya Manusia UGM Prof Dr Ainun Na’im MBA, Rabu (13/4).
Matt Hayne mengatakan kerjasama penelitian ini akan mengkaji pemahaman mengenai pengetahuan lokal, kepercayaan serta cara hidup masyarakat yang menetap di 30 dusun di empat kabupaten di DIY dan Jawa Tengah, dimana temuan dari penelitian ini akan digunakan pada panduan rencana pemulihan mata pencaharian masyarakat setempat.
“Penting bagi kita untuk terus siap siaga terhadap letusan di masa depan. Strategi kesiapsiagaan yang menyeluruh harus mengakui, memahami dan menggunakan pengalaman warga yang telah menetap lama di kawasan Gunung Merapi,†katanya.
Sementara Ainun Naim menyambut baik terlaksananya kerjasama tersebut. Menurutnya, kerjasama ini diharapkan dapak mebantu pengurangan risiko bencana bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lereng merapi untuk mendapatkan kehidupan dan masa depan yang lebih baik di kemudian hari. “Bisa membantu menciptakan masyarakat yang siap terhadap risiko bencana. Kali ini difokuskan pada penelitian bidang ilmu antropologi dan sosial,†katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Ainun juga menjelaskan bahwa UGM melalui civitas akademika, baik dosen dan mahasiswa telah memberikan kontribusi dalam penanganan bencana merapi. Keikutrsertaan UGM dalam penanganan bencana, juga dilakukan di daerah lain, seperti penanganan bencana tsunami di Aceh bersama tim kesehatan universitas Universitas Syiah Kuala.
Ketua jurusan Antroologi UGM Dr. Nicolas Warouw mengatakan penelitian ini dilakukan di 30 dusun yang ada di sekitar lereng merapi untuk menginventarisir pengetahuan dan kepercayaan lokal yang dimiliki masyarakat setempat. “kita akan menginvetarisi pengetahuan lokal dan artefak yang ada disekitar merapi yang kita ketahui begitu beragam yang tidak bisa digeneralisir lewat satu kebijakan,†ungkapnya.
Hasil penelitian yang dilakukan selama 12 bulan tersebut, kata Warouw, diharapkan bisa membantu menjembatani pemahaman pemerintah dan masyarakat dalam menelurkan kebijakan strategi mitigasi, evakuasi, rekonstruksi dan pemulihan bersama. (Humas UGM/Gusti Grehenson)