Kesepakatan kerjasama antara ASEAN dan China (ACFTA) merupakan peluang bagi Indonesia. Dengan ACFTA Indonesia akan mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas. Hal tersebut dikemukakan oleh Dedy Permadi, M.A., peneliti Pusat Studi Perdagangan Dunia (PSPD) UGM dalam diskusi “ACFTA: Peluang Atau Tantangan?â€, Jum’at (15/4) di PSPD UGM.
Menurut Dedy, dengan adanya ACFTA akses pasar bagi Indonesia akan terbuka luas. Indonesia akan memperoleh pangsa pasar hampir 6 kali lipat daripada pasar domestik. Seperti diketahui populasi China pada saat ini menembus angka di atas 1,3 miliar jiwa.
“Populasi yang besar tersebut tentunya membuka kesempatan produsen Indonesia untuk memasok produknya ke China. Perlu diingat bahwa Indonesia memiliki berbagai produk unggulan yang tidak banyak dimiliki negara lain seperti kelapa sawit, kakao, kedelai, teh, buah-buahan, sapi, serta ayam ,†jelasnya.
Dengan ACFTA, dituturkan Dedy, Indonesia juga berkesempatan untuk meraih investasi dari China yang saat ini Gross Domestic Product (GDP) menempati peringkat dua dunia dan memiliki cadangan devisa mencapai US$ 2,4 triliun, nilai terbesar di dunia. “Semakin besar GDP dan cadangan devisa, maka semakin besar pula nilai investasi dari negara itu,†paparnya.
Pada 2010 China hanya berinvestasi US$ 173 juta, urutan ke 11 investor terbesar di Indonesia. Padahal Overseas Direct Invesement (ODI) China periode 2005-2009 mencapai US$ 175 miliar. “Hal ini berarti aliran investasi China ke Indonesia masih sangat kecil dan seharusnya kita jauh lebih mudah menangkap modal dari China dengan keberadaan ACFTA ,â€urai Dedy.
Lebih lanjut disampaikan Dedy, dengan perjanjian perdagangan bebas berbasis kawasan tersebut, bisa menjadi batu loncatan negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Melalui ACFTA Indonesia dapat belajar terlebih dahulu untuk membiasakan diri bersaing dengan negara tetangga, sebelum nantinya akan menghadapi persaingan yang semakin berat di level global. “Produk-produk Indonesia yang belum memiliki daya saing pada level global, sebagai contoh tekstil, bisa berlatih lebih dulu dalam kerangka Acfta, regional, yang levelnya lebih sempit. Jadi meskipun kita sekarang terseok-seok dalam menghadapi persaingan ACFTA, tapi itu akan bermanfaat untuk melatih kita saat menghadapi perasingan yang lebih berat di pasar internasional,†katanya. (Humas UGM/Ika)