YOGYAKARTA – Tuberkulosis (TB)adalah suatu penyakit infeksi menular dan mematikan yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, namun juga dapat pula menyerang organ tubuh lain seperti otak, tulang, kulit, kelenjar getah bening, sendi dan usus. Gejala TB adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih, batuk berdahak, rasa sakit di dada, nafsu makan dan berat badan berkurang, serta berkeringat di malam hari meskipun tidak melakukan aktivitas.
Laporan TB dunia oleh WHO tahun 2006, masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia, namun pada tahun 2009 telah menurun menjadi nomor 5 di dunia setelah Indonesia, Cina, Afrika Selatan dan Nigeria. Keberhasilan menurunkan jumlah penyakit TB tidak terlepas dalam pengobatan dan komitmen pasien TB dalam mengkonsumsi obat.
Berdasarkan hasil penelitian psikolog UNDIP Dra. Hastaning Sakti, M.Kes. Psikolog, Program psikologis ASA (Ajakan Sehat jiwa dan raga) yang merupakan gabungan psikoterapi transpersonal dengan keterampilan konseling interaktif (KKI) ternyata terbukti efektif dalam meningkatkan ketaatan minum obat dan kadar interferon gamma penderita TB.
“Ketaatan sangat penting dalam pengobatan Tuberkulosis. Sebab kebosanan meminum obat dan pelayanan yang kurang prima terhadap para penderita TB berdapak pada sisi medis, imunologis dan psikologis pasien,†kata Hastaning dalam ujian terbuka untuk memperoleh gelar doktor dirinya di Fakultas Psikologi UGM, Rabu (20/4). Bertindak selaku promotor Prof. Dr. Johana E. Prawitasari, Ko-promotor Prof. dr. Marsetyawan, M.Sc, Ph.D dan Dr. Kwartarini Wahyu.
Dihadapan tim penguji yang diketui Dekan Fakultas Psikologi UGM Prof. Dr. Faturohman, program psikologis ASA terbukti berhasil menurunkan tingkat stres pada penderita TB yang selama ini enggan minum obat. “Kondisi sakit TB yang tidak nyaman di badan, dan rasa takut terhadap pelayanan kesehatan serta banyaknya obat yang harus diminum merupakan stresor tersendiri dan bila direspon secara neatif akan mengubah keseimbangan hormonal,†ungkap Perempuan kelahiran Semarang 1 Juli 1960
Stres mempengaruhi respon imun dan kesehatan, sehingga bila stres dikelola dengan baik lewat program ASA, tingkat stres menurun dan ketaatan meminum obat akan tetap terjaga. Hastaning memngungkapkan, pengobatan penyakit TB dapat dioptimalkan dengan meningkatkan komitmen kesehatan dan efikasi diri pasien. Efikasi diri dan komitmen yang meningkat serta kondisi emosi yang menurun sebagai efek dari treatment program psikologis dapat menurunkan kadar sitokin IFN-y.
“Terjadi pengaruh yang baik pada fungsi otak yang mengaktifkan sel T dan memproduksi IFN-y. Interferon gamma yang menurun menandakan tidak aktifnya makrofag untuk membentuk antibodi. Tidak terbentuknya antibodi karena telah menurunnya status emosi yang signifikan untuk tetap terjaganya kesehatan dalam jangka waktu lama serta adanya kualitas kesehatan yang lebih baik,†katanya.
Hastaning mengemukakan program ASA ternyata mampu meningkatkan ketaatan minum obat pada penderita TB. Program psikologis ini memiliki keunggulan sebagai tindakan preventif, promotif dan kuratif dengan basis psikoterapi transpersonal dan pemberdayaan kesehatan masyarakat. “Yang jelas dari program psikologis ASA dapat digunakan untuk mengelola stres yang sering dialami penderita TB yang berhubungan dengan pengobatan jangka panjang,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)