YOGYAKARTA-Gerakan Negara Islam Indonesia (NII) disinyalir telah melebarkan jaringannya hingga ke dalam kampus. Mahasiswa merupakan sasaran yang menjadi target untuk direkrut ke dalam jaringan tersebut. Tidak ingin NII terus mengembangkan gerakannya, UGM melakukan koordinasi dengan melibatkan pihak orang tua, bidang akademik, IT, dan para wakil dekan bidang kemahasiswaan. “Hari ini kita berencana mengumpulkan pihak-pihak terkait ini, khususnya yang dari UGM, untuk koordinasi mengantisipasi masuknya NII. Prinsipnya ada tim untuk antisipasi masuknya NII,†kata Direktur Kemahasiswaan UGM, Drs.Haryanto, M.Si., di UGM, Senin (25/4).
Haryanto menambahkan selain koordinasi internal UGM, tim juga menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi lain melalui pembantu rektor. Dikatakan Haryanto bahwa sebenarnya beberapa motif yang dilakukan NII sudah dapat terindikasi, seperti mengajarkan ayat Quran secara sepotong-potong, hingga meminta dan meminjam sejumlah uang atau barang berharga. Selain itu, mahasiswa yang sudah direkrut NII berani meminta uang kepada orang tua dengan alasan untuk kegiatan di kampus. “Misalnya meminta uang PKL, padahal itu hanya akan diberikan kepada atasannya di NII,†katanya.
Persoalan NII, menurut Haryanto, merupakan masalah yang besar, seperti halnya kasus gempa bumi di DIY-Jateng dan erupsi Merapi, sehingga memerlukan pemikiran dan langkah tegas dari pihak perguruan tinggi. Haryanto mengatakan perlu diwaspadai bagi para mahasiswa yang sering membolos atau menitip presensi kepada temannya. Dikhawatirkan modus tersebut juga dilakukan oleh mahasiswa yang telah direkrut NII. “Yang tidak boleh dilupakan adalah orang tua juga harus waspada ketika anaknya nilainya turun terus. Selain itu, sering izin dan membolos juga patut diwaspadai,†pesannya. (Humas UGM/Satria AN)