YOGYAKARTA – Dua mantan finalis Miss Indonesia 2010, Anggit Fityay Adzhani dan Ariani Putri Devanti, ikut serta mendukung Gerakan Anti Nyamuk Awas Jentik (Gegana) di Dusun Bulusari, Desa Srimartani, Piyungan, Bantul, Sabtu (23/4). Kegiatan tersebut merupakan hasil Program Kreativitas Mahasiswa UGM (PKM) bidang pengabdian masyarakat. Anggit dan Devanti, keduanya merupakan mahasiswa asal Fakultas Kedokteran (FK) UGM yang sengaja diundang khusus untuk memandu puluhan jumantik cilik berkeliling ke rumah-rumah penduduk untuk memeriksa jentik nyamuk di bak-bak penampungan air milik warga. “Siswa-siswa cukup antusias diajak periksa jentik nyamuk, ada yang sampai menghitung jumlah jentiknya,†kata Anggit ditemui di sela-sela kegiatan.
Perempuan kelahiran Jakarta tahun 1990 ini mengaku tidak menyangka para siswa sekolah dasar yang menjadi kader juru pemantau jentik (jumantik) cilik sangat menikmati kegiatan tersebut. Selain periksa jentik nyamuk, kader-kader jumantik ini juga diajari praktik cuci tangan untuk menggalakkan perilaku hidup sehat. “Kita juga mengajak mereka bagaimana cuci tangan yang baik,†kata mahasiswi FK angkatan 2008 ini.
Meski baru pertama mengikuti kegiatan dengan siswa-siswa, Anggit mengaku terkesan atas kepedulian para jumantik cilik terhadap program pemberantasan jentik nyamuk penyebab penyakit chikungunya dan demam berdarah.
Ridwan Ansari, anggota tim PKM UGM, mengatakan ide peluncuran dusun Gegana berangkat dari permasalahan kesehatan dengan munculnya kasus luar biasa chikungunya dan DBD serta diare setiap tahun. “Tahun lalu, tercatat 150 kasus chikungunya,†katanya.
Setelah lima anggota tim mahasiswa melakukan penelusuran dan penelitian, baru diketahui penyebab merebaknya kasus DBD, chikungunya, dan diare di Dusun Bulusari disebabkan oleh buruknya kondisi sanitasi air dan tumbuhnya sumber jentik nyamuk dari keberadaan kolam tadah hujan dan bak penampungan air milik warga. “Kita menemukan banyak situs perkembangbiakan nyamuk, seperti tong bekas, pot bekas, penampungan yang memungkinkan tumbuhnya jentik nyamuk, termasuk kolam tadah hujan sebagai media tumbuh,†katanya.
Ridwan menjelaskan Dusun Bulusari merupakan daerah karst sehingga sulit mendapatkan air bersih sehingga penduduk hanya mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satu solusi yang dilakukan mahasiswa adalah pengadaan sistem filterasi air kolam dalam bentuk tong filter secara kimiawi dan fisik. Kemudian, penduduk diarahkan melakukan budidaya ikan lele dan nila di kolam bekas untuk membantu memutus rantai hidup jentik nyamuk. (Humas UGM/Gusti Grehenson)