YOGYAKARTA – Infrastruktur sangat penting dalam rangka penyediaan pelayanan untuk mendukung pembangunan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun, pembangunan infrastruktur di daerah saat ini cenderung lebih banyak dilakukan semata-mata demi kepentingan/berorientasi proyek dan membangun citra incumbent menjelang pemilihan kepala daerah. “Infrastruktur masih menjadi tujuan para politisi, misalnya calon incumbent akan membangun infrastruktur menjelang pemilihan, padahal bangun infrastruktur perlu investasi besar. Karena itu, biaya bangun infrastruktur tinggi, tapi rakyat tetap miskin,†kata Ketua Program Studi Pengelolaan Infrastruktur dan Pembangunan Masyarakat (PIPM), Sekolah Pascasarjana UGM, kepada wartawan di sela-sela acara seminar internasional yang mengangkat tema ‘Pendekatan Baru dalam Manajemen Infrastruktur kepada Masyarakat’, Kamis (28/4).
Menurut Sunyoto, untuk meningkatkan manfaat pengadaan infrastruktur di daerah, diperlukan perubahan paradigma pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat. Perubahan didukung oleh diskusi akademis dan profesional yang melihat infrastruktur fisik sebagai sistem yang menyediakan fasilitas fisik dan layanan terkaitnya untuk memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi. “Manajamen infrastruktur sangat penting sehingga perlu manajer infrastruktur. Jadi, infrastruktur tidak hanya terkait masalah teknis,†katanya.
Seperti halnya negara-negara lain di Asia, Indonesia memiliki pasar infrastruktur yang tumbuh dengan pesat. Hingga 2009, kebutuhan investasi dalam infrastruktur baru diperkirakan mencapai 613 triliun rupiah. Dengan demikian, dibutuhkan banyak sekali sumber daya manusia pada sektor infrastruktur. “Diperkirakan bahwa setiap tahun Indonesia membutuhkan sekitar 1.200 profesional yang berkualitas,†katanya.
Direktur Bidang Perumahan dan Pemukiman Bappenas, Eko Purwanto, S.E., M.P.P., sependapat bahwa pembangunan infrastruktur tidak hanya manyangkut hal teknis saja, tetapi juga terkait dengan ekonomi, politik, dan sosial. “Sangat penting bagaimana membangun infrastruktur, tapi dengan biaya minimal dengan hasil yang seefisien mungkin,†pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)