Sejak diluncurkan pada 2008 silam, bus Trans Jogja menjadi salah satu alternatif moda angkutan umum andalan yang semakin digemari masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya pendapatan yang melebihi target, dari 15 miliar menjadi 15,3 miliar rupiah pada 2009.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Rizki Budi Utomo, S.T., M.T. dari Dinas Perhubungan DIY dalam diskusi “Membedah Bus Trans Jogjaâ€, Kamis (28/4), di Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM. Rizki menyebutkan data UPTD Trans Jogja Dishubkominfo Provinsi DIY juga memperlihatkan pendapatan pada 2010 mencapai angka Rp17.498.1010.00,00 atau naik 14% dari tahun sebelumnya.
Kehadiran bus Trans Jogja dimaksudkan untuk memberikan pelayanan publik transportasi yang lebih baik dan berkelanjutan. Moda angkutan ini merupakan salah satu program unggulan Pemprov DIY yang merupakan program peremajaan angkutan perkotaan, juga restrukturisasi sistem dan manajemen angkutan umum berbasis setoran menjadi sistem pembelian pelayanan dari pemerintah. “Adanya Trans Jogja yang berbasis pada ‘buy the service’ ini diharapkan mampu memberikan pelayanan publik, khususnya transportasi yang lebih baik bagi masyarakat. Ke depan, akan dihadirkan sekitar 200 unit bus Trans Jogja untuk menggantikan angkutan kota. Selain itu, juga akan didirikan sejumlah bus stop,†ujarnya.
Dihadirkannya Trans Jogja, menurut Rizki, dilatarbelakangi oleh adanya potret pelayanan angkutan umum yang buruk dan kinerja bus perkotaan yang terus menurun. “Load factor bus perkotaan pada 2005 sangat rendah, sekitar 27,22%,†tutur pria yang juga bekerja sebagai dosen di Jurusan Teknik Sipil UII ini.
Meskipun mendapat respon positif dari masyarakat, hasil survei yang dilakukan oleh Dishub DIY baru-baru ini menunjukkan terdapat ketidakpuasan penumpang terhadap pelayanan Trans Jogja, terutama persoalan waktu tunggu (ketepatan waktu dan jadwal) dan waktu tempuh Trans Jogja. “Hanya 27% responden yang merasa pelayanan terhadap waktu tunggu bus sudah baik, sementara 20% merasa cukup, dan 55% sisanya menyatakan kurang baik terhadap pelayanan waktu tunggu bis, sedangkan untuk waktu tempuh 47% merasa kurang baik, 11% merasa cukup, dan 42 persen merasa baik,†rincinya.
Lebih lanjut dikatakan Rizky bahwa tidak adanya jalur khusus bagi Trans Jogja menjadi salah satu penyebab lamanya waktu tempuh bus ini. “Trans Jogja ini tidak seperti Trans Jakarta yang menggunakan jalur khusus. Trans Jogja menggunakan lajur umum bersama dengan moda angkutan lainnya, tidak bebas hambatan, sehingga waktu tempuhnya juga tidak bisa lebih cepat dibanding angkutan umum lainnya,†tuturnya.
Saat ini, Dishub Provinsi DIY menyediakan 54 armada bus Trans Jogja, 6 di antaranya merupakan bus cadangan. Bus-bus tersebut beroperasi dalam tiga koridor utama, masing-masing dua jalur ulang-alik dengan panjang rute 33-36 km. Untuk jumlah halte dan mesin ticketing, digunakan sebanyak 76 unit, terdiri atas sejumlah 34 di kota dan 42 di provinsi. (Humas UGM/Ika)