YOGYAKARTA-Sebanyak 464 mahasiswa UGM yang telah menerima Beasiswa Pendidikan bagi Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidik Misi) hari ini, Sabtu (30/4), memperoleh pembinaan dari Universitas. Pembinaan yang disampaikan, antara lain, mengenai kunci sukses mahasiswa di perguruan tinggi, dunia kerja, dan masyarakat, hingga persoalan aktual menyangkut ancaman Negara Islam Indonesia (NII).
Acara yang diadakan di Grha Sabha Pramana UGM ini menghadirkan pembicara Direktur Kemahasiswaan UGM, Drs. Haryanto, M.Si., Wahyu Supartono (mahasiswa berprestasi 2011 dari Jurusan Teknologi Industri Pertanian), dan Ghifari Yuristiadhi (mahasiswa Jurusan Sejarah-alumnus PIMNAS XXIII di Bali 2010).
Drs.Haryanto dalam acara tersebut menyampaikan beberapa kunci sukses yang, antara lain, dibangun dari kualitas fisik hingga kualitas intelektual/penguasaan IPTEK. Kesuksesan tidak akan datang dengan sendirinya, tetapi perlu diupayakan dengan kerja keras. “Setiap orang, setiap mahasiswa punya potensi dan ingin sukses. Tinggal bagaimana usaha kita untuk mencapainya dan itu turut dibangun dari adanya kualitas fisik dan intelektual,” kata pria yang akrab dipanggil Sentot ini.
Melalui paparannya yang banyak diselingi humor, Sentot menyampaikan kepada mahasiswa langkah-langkah mencapai sukses dan sikap profesional, mulai dari wawasan yang luas, kedewasaan, dan sinergi. “Banyak orang yang tidak sukses karena lemahnya sinergisitas yang dibangu, maunya jalan sendiri-sendiri,” katanya.
Terkait dengan NII, Sentot mengingatkan kepada mahasiswa beberapa modus operandi yang perlu diwaspadai dan sering dilakukan NII. Dalam melebarkan jaringan, saat ini NII banyak mencari korban di tempat-tempat umum, seperti mall, cafe, dan toko-toko buku. Biasanya dalam obrolan mereka menyinggung tentang carut-marut negara sehingga perlu dilakukan ‘hijrah’ ke jalur NII. Kemudian, terjadi pendekatan lebih dalam kepada korban hingga bersilaturahmi di rumah. Setelah masuk dalam NII dilakukan ‘baiat’. Untuk perjuangan NII, korban dihalalkan melakukan segala cara untuk memperoleh dana, seperti menipu orang tua dengan alasan menghilangkan HP dan sebagainya. “Modusnya sudah bervariasi. Prinsipnya, mahasiswa harus hati-hati dan waspada jangan mudah percaya bujuk rayu NII seperti ini,” tambahnya.
Sementara itu, Wahyu Supartono selaku mahasiswa berprestasi 2011 menuturkan banyak event yang dapat digunakan untuk menunjukkan prestasi mahasiswa. Ia mencontohkan di bidang kewirausahaan, kontes robot, kejuaraan olahraga, kesenian, dan lain-lain. Beberapa persyaratan khusus untuk mencapai predikat itu, di antaranya IPK per semester, karya tulis ilmiah, borang kegiatan ko dan ekstra kurikuler serta tes kepribadian. “Tes kepribadian ini untuk tingkat nasional seleksinya. Persiapannya harus dari mulai semester satu kalau teman-teman ingin meraihnya,” tutur Wahyu.
Dikatakan Wahyu, dalam tiga tahun terakhir ini prestasi UGM menunjukkan peningkatan. Pada 2008, UGM belum masuk 15 besar nasional. Tahun berikutnya, UGM masuk 10 besar, dan pada 2010 UGM kembali masuk 10 besar. Pada tahun ini diharapkan prestasi nasional juga tetap akan diraih UGM.
Di lain pihak, Ghifari Yuristiadhi dalam kesempatan itu mengatakan UGM banyak memiliki potensi pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas), apalagi jika melihat kuantitas jurusan per klaster, UGM paling lengkap dibandingkan dengan perguruan tinggi lain. Untuk itu, penggalian potensi, pemberdayaan, dan sinergisitas antardisipilin ilmu di UGM perlu terus digalakkan jika ingin terus berprestasi di ajang Pimnas. “Pada Pimnas 2010 lalu kita juara satu, maka ke depan prestasi ini harus terus dipertahankan,” ujar Ghifari. (Humas UGM/Satria AN)