YOGYAKARTA-Masyarakat tentu sudah tidak asing lagi dengan Barrack Obama, Oprah Winfrey, Ruth Sahanaya, atau Inul Daratista. Ketika mendengar nama mereka, langsung diketahui gambaran tertentu dari profesi mereka. Mereka memiliki brand yang kuat. Brand tidak hanya dimiliki oleh sebuah produk yang diciptakan perusahaan. Brand merupakan sebuah identitas dari produk, jasa, atau bisnis yang spesifik.
Di era informasi yang kompetitif seperti saat ini, manusia sebagai personal membutuhkan brand untuk dapat membedakan dirinya dari manusia lain. Untuk itu, mereka menciptakan dan mepromosikan personal brand yang unik. Memang tidak cukup brand saja, untuk sukses di dunia kerja masih diperlukan aspek lain yang tidak kalah penting, seperti leadership atau kepemimpinan.
Berdasarkan persoalan itulah, Marketing Club, Human Resource Club, dan Entrepreneur Club Program Magister Manajemen (MM) UGM menggelar Hybrid Seminar “Build and Brand Yourself Professionallyâ€, Sabtu (30/4), di Auditorium Program MM UGM. Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut, expert di bidang character building dan personal branding, Charles Bonar Sirait dan Krishnamurti.
Tampil pertama, mindset motivator, Krishnamurti, yang dalam acara tersebut berupaya membangun pola pikir dan kesadaran para peserta untuk meraih kesuksesan. Untuk dapat meraih sebuah tujuan, seseorang perlu sebuah impian agar hidupnya dapat lebih baik lagi. Impian tersebut sangat mungkin gagal di kemudian hari. Namun, tetap masih bisa dicarikan sebuah solusi. “Buang sampah pikiran untuk bisa menimbun emas. Sebuah kegagalan mungkin saja terjadi namun tetap bisa kita siasati dan carikan solusi,†kata pendiri pabrik semangat Bidadari Words itu.
Krishnamurti mengatakan seseorang bisa kaya atau miskin, sukses atau gagal, berasal dari program yang ada di pikiran mereka sendiri. Dalam pandangannya, ide yang menghasilkan uang, dan bukan uang yang menghasilkan ide. Hanya saja, untuk dapat membangun sebuah branding, ide, karya, pemikiran, tenaga, dan uang memerlukan sebuah proses. “Semuanya berawal dari program yang ada dari pikiran kita sendiri. Untuk membangun branding memerlukan sebuah proses,†katanya. Dengan melibatkan para peserta, Krishnamurti juga berupaya mengenali karakter dengan praktik langsung, seperti menjaga keseimbangan menggunakan sedotan minuman yang disambung hingga menggambar bentuk lingkaran maupun hewan.
Sementara itu, Charles Bonar Sirait yang berbicara pada sesi kedua mencoba memperkenalkan profesi public speaking yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan dapat mendatangkan profit. Charles menilai kemampuan dan keahlian berbicara sangat penting dan merupakan sebuah profesi yang sangat mahal. Dalam pengamatannya, banyak sarjana lulusan S-1 atau S-2 di dunia kerja justru tidak dapat mengembangkan diri dan karier karena terkendala kemampuan berbicara. “Banyak yang lulus cum laude, tapi gagal di dunia kerja gara-gara tidak bisa berbicara. Jadi, sebaiknya selain terampil di dunia akademik juga harus terampil berbicara,†kata Charles.
Seorang public speaking harus dapat membawa sebuah perubahan. Banyak orang berbicara atau presentasi, tetapi membosankan dan tidak membawa perubahan, seperti yang terjadi pada kampanye pemilihan kepala daerah (pilkada). Charles juga mengatakan agar seseorang sukses sebagai public speaking, sebaiknya pembelajarannya dimulai sejak masih anak-anak. “Tidak semua sekolah atau keluarga sekalipun mengembangkan public speaking, padahal untuk menumbuhkan kemampuan itu sebaiknya dimulai dari anak-anak atau sejak kecil,â€imbuh penulis buku ‘The Power of Public Speaking’ itu.
Selain seminar, acara yang dibuka oleh Deputi Direktur Bidang Keuangan dan Umum MM UGM, dr. Hardo Basuki, M.Soc.Sc., ini menampilkan pula kompetisi personal branding. Kompetisi ini menampilkan tiga grand finalis You! Competition yang merupakan mahasiswa MM UGM. Mereka menampilkan contoh personal branding dalam bentuk video resume dan public speaking yang kemudian diberikan feedback dan penilaian oleh kedua pembicara. (Humas UGM/Satria AN)