Dalam pendidikan, manusia berperan menjadi pemeran utama, baik sebagai subjek maupun objek. Keilmuan sebagai media berfungsi memanusiakan manusia sebagai salah satu tujuannya dan kemampuan menjawab berbagai persoalan yang bersifat kekinian ataupun antisipasi masa depan sebagai sebuah keniscayaan.
Demikian disampaikan Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., di halaman Balairung UGM, Senin 2 Mei 2011, saat memimpin upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional. Hardiknas kali ini mengangkat tema “Pendidikan Karakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa, Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti”. Upacara diikuti oleh jajaran pimpinan universitas dan fakultas, MWA, Senat Akademik, MGB, tenaga pendidik dan kependidikan, serta mahasiswa, termasuk para mahasiswa berprestasi.
“Itulah sebabnya mengapa dunia pendidikan itu kompleks, menantang, namun mulia. Kompleksitas dan tantangan terus berkembang seiring perjalanan zaman. Oleh karena itu, kita semua harus secara bersama-sama dan terus berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk menanganinya demi kemuliaan diri, negara, dan umat manusia,” ujar Rektor saat membacakan sambutan Mendiknas RI.
Di hadapan para peserta upacara, Rektor mengatakan dengan memahami dan menyadari berbagai tantangan global dan internal yang dihadapi, masyarakat Indonesia diharapkan untuk lebih memperkuat diri, identitas, dan karakternya sebagai bangsa. Berbagai potensi sumber daya alam dan manusia yang dimiliki sesungguhnya membuka kesempatan untuk menjadi bangsa dan negara yang besar, maju, demokratis, dan sejahtera. “Oleh karena itu, dengan optimisme yang kuat, kerja keras dan cerdas serta kebersamaan, insya Allah cita-cita itu bisa kita wujudkan. Di sinilah mengapa pendidikan berbasis karakter dengan segala dimensi dan variasinya menjadi penting dan mutlak,” katanya.
Ditegaskan Rektor bahwa karakter yang ingin dibangun bukan hanya karakter berbasis kemuliaan semata, tetapi secara bersama membangun karakter kemuliaan sebagai bangsa. Dengan demikian, karakter yang dibentuk bukan hanya kesantunan, tetapi secara bersamaan membangun karakter yang mampu menumbuhkan kepenasaran intelektual sebagai modal untuk membangun kreativitas dan daya inovasi. “Yaitu sebuah karakter yang bertumpu pada kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa dan negara dengan Pancasila, UUD NKRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai pilarnya,” tutur Rektor.
Menyikapi berbagai perkembangan aktual dengan munculnya perilaku destruktif, anarkis dan radikalis, Rektor berharap pendidikan memiliki peran dan tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, pada kesempatan tersebut Rektor mengajak para pemangku kepentingan pendidikan, terutama sekolah, guru, pimpinan perguruan tinggi, dan dosen untuk terus memberikan perhatian dan pendampingan lebih besar kepada para peserta didik dalam membentuk dan menumbuhkan pola pikir dan perilaku yang berbasis kasih sayang, toleran terhadap realitas keragaman yang dibenarkan oleh peraturan dan perundangan. “Perhatian lebih itu bisa dalam bentuk memberikan ruang selektivitas yang positif sehingga bisa mencegah tumbuhnya pemikiran dan perilaku destruktif, anarkis, kekerasan dan radikalisme,” kata Rektor mengutip sambutan Menteri. (Humas UGM/ Agung)