YOGYAKARTA- Fakultas Biologi UGM mulai hari ini, Rabu (4/5), melakukan ekskavasi dan rekonstruksi tulang gajah Keraton Yogyakarta, Nyi Bodro, yang berada di Alun-alun selatan. Ekskavasi dan rekonstruksi ditandai dengan upacara serah terima dari pihak Keraton Yogyakarta yang diwakili oleh GBPH Prabukusomo kepada Fakultas Biologi, yang diwakili oleh Dekan Dr. Retno Peni Sancayaningsih, M.Sc. Setelah itu, secara simbolis dilakukan penggalian di lokasi Nyi Bodro dikuburkan.
Menurut Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Retno Peni Sancayaningsih, M.Sc., kerangka gajah Nyi Bodro akan diekskavasi dan direkonstruksi kembali sehingga menjadi suatu rangkaian utuh seperti halnya rangkaian kerangka gajah yang masih hidup. Kegiatan akan meliputi penggalian kembali kerangka gajah (ekskavasi), pembersihan, pengawetan, dan rekonstruksi kerangka, lalu menampilkannya dalam sebuah display pameran di Museum Biologi UGM. “Ini juga amanah dari Keraton Yogyakarta agar Fakultas Biologi bisa melakukan ekskavasi dan rekonstruksi kerangka gajah ini untuk kemudian dipamerkan di Museum Biologi,” tutur Peni.
Sementara itu, GBPH Prabukusomo berharap kerangka gajah Nyi Bodro kondisinya masih cukup baik sehingga dapat dirangkai menjadi utuh kembali. Pihak Keraton Yogyakarta juga mengharapkan kerangka gajah yang akan disimpan di Museum Biologi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan dan pariwisata. “Saya berharap kondisi kerangka masih utuh dan bisa dirangkai kembali sehingga dapat dimanfaatkan untuk pariwisata ataupun pendidikan,”kata Prabukusumo.
Di tempat yang sama, Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha, Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil, Ph.D., mengatakan ekskavasi dan rekonstruksi ini sekaligus dapat dijadikan sebagai bahan penelitian, baik oleh mahasiswa maupun dosen. Di samping itu, proses ini juga dimungkinkan mampu menggali cerita dan sejarah yang lebih mendalam tentang Nyi Bodro dan asal-usulnya. “Selain bermanfaat bagi siswa sekolah melihat di museum, tidak menutup kemungkinan pengembangan bagi penelitian. Apalagi saya mendengar ada mahasiswa S-1 yang akan menjadikannya sebagai tugas akhir,” kata Atyanto Dharoko.
Ludmilla Fitri Untari, S.Si, M.Si. selaku Kepala Museum Biologi menjelaskan Nyi Bodro berasal dari Way Kambas dan dibawa ke Yogyakarta pada 1996. Nyi Bodro pernah melahirkan seekor anak jantan di tahun 1998. Gajah ini ditangkap di Binjai pada 10 Maret 1987 saat berusia 16 tahun. Ia mati pada tahun 2000 di usia 29 tahun karena sakit. “Dulu ia berkemampuan, seperti memberi hormat, mengalungkan bunga, hingga menyepak bola,” ujar Ludmilla.
Proses ekskavasi hingga rekonstruksi diperkirakan memakan waktu sekitar 2 minggu. Kerangka Nyi Bodro yang direkonstruksi diharapkan akan menambah koleksi Museum Biologi dan menjadi salah satu media pembelajaran bagi siswa, guru, dan masyarakat umum. Selama ini, Museum Biologi merupakan satu-satunya museum biologi milik perguruan tinggi di Indonesia yang menyimpan berbagai macam koleksi, seperti spesimen komodo, biawak, burung rangkok, bengkarung payung dari Irian, dan salamander dari Tiongkok, juga koleksi benda hayati dan fosil yang mencapai 4.000 spesimen.
Diketuai oleh Ludmilla, ekskavasi dan rekonstruksi Nyi Bodro juga melibatkan beberapa civitas akademika Fakultas Biologi UGM, antara lain, Donan Satria Yudha, S.Si., M.Sc., Drs. Abdulrachman, M.Si., Zuliati Rochmah, S.Si., M.Si., Subakir, dan Ratgiyanto, S.E. (Humas UGM/Satria AN)