YOGYAKARTA – Serangan hama ulat bulu yang melanda delapan beberapa daerah di Indonesia seperti Probolinggo, Kendal, Payakumbuh, Yogyakarta, Banten, Batu, Bali dan Subang tidak sepenuhnya merugikan dampak ekonomi bagi pertanian. Berdasarkan, hasil penelitian tim pertanian UGM, hanya derah Probolinggo yang menjadi daerah yang paling parah terkena dampaknya. Sedangkan di daerah lain masih dalam batas ambang yang normal.
Demikian yang mengemuka dalam Forum Grup Diskusi penanganan wabah hama ulat bulu, Kamis (5/5), di ruang serba guna Kantor Pusat UGM. Diskusi yang diselenggarakan oleh Kebun Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4) UGM ini menghadirkan berbagai pakar diantaranya pakar hama ulat bulu Dr. Suputa, pakar hama pertanian Prof. Dr. Ir. Bambang Hendro Sunarminto, SU, pakar Entomologi Hidayat Soesilohadi dan budayawan Prof Dr Sumijati Atmosudiro.
Suputa mengatakan, dari delapan kota yang pernah ia datangi karena terkena hama ulat bulu, hanya Probolinggo yang mengalami wabah serangan yang paling parah. Tercatat ulat bulu menyerang 14 ribu tanaman mangga milik petani. Dalam pengamatannya di Probolinggo, bersama Tim pertanian UGM telah melakukan evaluasi populasi ulat bulu dan musuh alaminya melalaui sosialisasi pemanfaatan tabung PENDAMA sebagai sarana konservasi musuh alami dan melakukan pemasangan UV untuk menangkap ngengat ulat bulu.
Pengamatan lapangan dilanjutkan setelah sosialisasi ke sekolah-sekolah. Pengamatan dilakukan pada pertanaman mangga. Pengamatan meliputi keaadaan fisik tanaman mangga, jumlah populasi ulat bulu per pohon mangga, dan penghitungan tingkat parasitasi baik oleh parasitoid maupun pathogen. “Hasil pengamatan sementara menunjukkan bahwa populasi ulat bulu di Probolinggo sangat rendah, hanya dijumpai 2 hingga 5 ekor ulat bulu instar 1 dan 2 per tanaman dan bahkan beberapa tanaman mangga tidak terdapat ulat bulu sama sekali. Tingkat parasitasi pupa ulat bulu khususnya Arctornis sp. mencapai 85,15 persen.
Dia menambhakn, Peranan kompleks musuh alami (parasitoid dan patogen) di lapangan yang dibantu dengan aplikasi pestisida secara bijaksana yang dilakukan hanya satu kali oleh Dinas Pertanian Jawa Timur menggunakan bahan aktif Deltametrin di beberapa tempat dan Lamda sihalotrin di suatu tempat yang lain telah terbukti mampu menurunkan populasi ulat bulu sampai pada ambang yang tidak merugikan.
“Komplek musuh alami yang berperan dalam penuruanan populasi ulat bulu di Probolinggo adalah pathogen serangga Paecilomyces sp., parasitoid larva-pupa Compsilura concinnata, dan Brachymeria lasus,†katanya.
Menurutnya, wabah ulat bulu di Probolinggo telah teratasi dengan baik dan tidak lagi menjadi masalah yang serius. Kondisi ini diharapkan mendukung untuk fase pembungaan dan pembentukan buah mangga yang sempurna karena buah mangga sangat tergantung pada iklim khususnya musim kemarau dan penghujan yang jelas karena apabila musim bunga telah tiba dan terjadi hujan maka bunga-bunga tersebut akan rontok dan tidak menghasilkan buah.
Untuk mengantisipasi wabah ulat bulu di kemudian hari. Prof. Sumijati menekankan pentingnya masyarakat perlu diberi pengertian bahwa beberapa jenis burung pemakan ulat seperti burung Sri Gunting, sikatan, kutilang, glatik, prenjak dilarang untuk diburu.Termasuk semut ngangrang dan serangga lain pemakan ulat juga dilarang untuk dicari dan diperjualbelikan.
Sementara Kepala KP4 Dr. Agus Cahyono menyampaikan faktor meningkatnya populasi ulat bulu disebabkan adanya perubahan iklim, rantai makanan yang rusak dengan banyak predator yang hilang seperti burung dan semut ngangrang akibat perburuan dan diperjualbelikan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)