YOGYAKARTA-Keberadaan Public Relation (PR-humas) memiliki fungsi yang strategis, khususnya untuk meningkatkan citra sebuah organisasi. Namun, berbicara tentang PR tidak hanya sebatas persoalan citra baik atau citra buruk. PR juga tidak hanya sebatas media relation, tetapi lebih kompleks dari itu. “PR bukan hanya persoalan media relation. Bagaimana membangun sebuah persepsi dari realitas yang ada, itulah saat PR bekerja,” tutur Managing Patner & Senior Consultant Asia PR, Silih Agung Wasesa, ketika berbicara dalam Pelatihan Kehumasan yang digelar oleh Bidang Humas dan Keprotokolan (HMK) UGM di Ruang Multimedia, Rabu (11/5).
Silih menuturkan banyak hal yang dapat dioptimalkan untuk membangun PR. Beberapa hal dapat dimulai dari munculnya sikap mengenal, kualitas, loyal, dan pemberi kabar (informasi) dari SDM di unit PR. Melibatkan alumni, menurut Silih, juga cukup potensial untuk mengoptimalkan fungsi PR. “Dengan begitu, nantinya pekerjaan PR tidak hanya membuat sebuah program kemudian mengajukan anggaran. Itu sudah ketinggalan. Alumni potensial untuk bersinergi,” katanya.
Alumnus Fakultas Psikologi UGM ini mencontohkan pentingnya peran PR di tingkat fakultas, pusat studi, dan unit lain untuk meningkatkan citra UGM menuju World Class Research University (WCRU). Konsep WCRU harus diterjemahkan kembali hingga level bawah agar dapat diimplementasikan oleh PR maupun civitas akademika lain. “Di sini butuh sinergi semua pihak agar bisa tercapai visi maupun misi universitas,” pesan Silih.
Sementara itu, staf pengajar Ilmu Komunikasi UGM, Muhammad Sulhan, S.I.P., M.Si., dalam pelatihan tersebut mengemukakan kompleksitas kerja PR yang menyangkut fungsi manajemen dan fungsi komunikasi. Sulhan juga menyebutkan beberapa pedoman yang harus dipegang oleh PR, seperti kemampuan komunikasi personal yang maksimal, kemampuan mencermati isu dan informasi di media massa setiap hari, hingga menempatkan produk dan jasa pada posisi yang tepat. “Selain itu, pemahaman sifat dan karakteristik media massa sebagai penunjang komunikasi pemasaran maupun menyarikan pesan-pesan terpenting untuk disampaikan,” kata Sulhan.
Di akhir materi, Sulhan juga mengingatkan banyaknya PR tools yang ada di sekitar kerja PR untuk dikembangkan. PR tools yang dimaksud, antara lain, adalah siaran pers, media relation, blogs, crisis, web relation, industry trends, editorial, sponsorships, dan investor relations.
Sekretaris Eksekutif (SE), Drs. Djoko Moerdiyanto, M.A., ketika membuka pelatihan berharap agar ada tindak lanjut dari kegiatan ini, khususnya untuk membangun citra dan reputasi UGM. Di samping itu, melalui SDM yang ada di Humas UGM ataupun di unit kerja lain diharapkan mampu merancang program-program kehumasan yang baik dan dapat membangun reputasi. “Dengan personil yang cakap dan ide kreatif dari SDM di Humas, ada program kehumasan yang bagus dan berkesinambungan agar bisa menjaga reputasi UGM yang sudah bagus hingga tingkat internasional,” tutur Djoko.
Pelatihan Kehumasan kali ini berlangsung selama dua hari dan diikuti oleh 61 peserta dari fakultas, Sekolah Pascasarjana, Sekolah Vokasi, pusat studi, dan unit kerja lain di UGM. Materi yang disampaikan meliputi Prinsip Dasar Manajemen dan Program Kerja Kehumasan, PR Tools, PR di Perguruan Tinggi, Cyber PR, Media Relation, dan Praktik Membuat Pers Release. (Humas UGM/Satria AN)